Kepala MTsN 1 Kota Malang Terpilih Ikuti Program Benchmarking Ke Turki

• Satu-satunya perwakilan Malang, dari 15 orang tokoh madrasah berprestasi di Indonesia

Kota Malang, SERU – Menjadi kebanggaan tersendiri, satu-satunya perwakilan dari Kota Malang, atau salah satu dari tiga perwakilan di Jawa Timur, mengikuti Program Benchmarking/Studi Penguatan dan Pengelolaan Manajemen Mutu PPG Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, di Turki, selama 26-31 Desember 2019.

Bacaan Lainnya

Adalah Drs Samsudin MPd, Kepala MTsN 1 Kota Malang, menjadi salah satu dari 15 orang yang ikut serta dalam rombongan kegiatan tersebut. “Kami ingin belajar bagaimana pengelolaan sekolah di luar negeri, untuk diterapkan di madrasah. Semacam studi banding,” ungkap Pak Sam, sapaan akrabnya, melalui sambungan gawai.

Drs Samsudin MPd, di KBRI Turki. (sam)

Rombongan tersebut terbagi 2 orang pejabat Kementerian Agama RI Pusat, dan 13 guru dan kepala (RA hingga MA), pengawas, pustakawan dan laboran berprestasi nasional. Diantaranya Kasubdit Bina GTK MI/MTs, Ainurrofiq, dan Kasi Bina Tendik MI/MTs, Sahrul Shobirin, mengawal rombongan yang terdiri dari Drs Samsudin MPd (Kepala MTsN 1 Kota Malang), Siti Husnah (Kepala RA Al-lkhlas Bali), Saadaul Athiyah (Guru MTsN 16 Jombang).

Selanjutnya, Nur’aini Yuli Hastuli (Guru BA Aisyiah IV Grogol Sukoharjo), Kaldah (Guru MIN 4 Banjarnegara), Nur Hasanah Rahmawati (Guru MTsN 6 Sleman), Sutardi (Guru MAN IC Sambas), Nita Rachmawati (Laboran MAN Buleleng), Ummi Yani (Kepala MIN 9 Lambhuk Aceh), Abdul Hadi (Kepala MTsN 6 Sleman), Anita lsdarmini (Kepala MAN 2 Kulon Progo), Ida Safiaturahma (Pengawas Kankemenag Kab. Lamongan), Nurlaela (Pustakawan MTsN 4 Sinjai).

Samsudin (kedua kanan), dan Ainurrofiq (kedua kiri), diterima para pejabat dan pengelola pendidikan Imam Hatip. (sam)

Dalam kunjungan tersebut, rombongan menimba ilmu di berbagai lokasi. Di hari pertama, Sabtu (28/12/2019), Pengajaran Agama dalam Pendidikan Formal semua aspek, yaitu pendidikan formal dengan model hafidz, dan pendidikan agama Islam, di lembaga sekolah Anadolu Imam Hatip Uskudar ITO Marmara, Ankara. Dilanjutkan mengunjungi kompleks Masjid Sultan Ayyub Al Anshari, di Çamlıca, dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI).

“Di sekolah Anadolu Imam Hatip, Ankara, baik untuk putra dan putri, kami banyak belajar bagaimana menerapkan pendidikan agama dalam pendidikan formal menyangkut semua aspek. Ada banyak pola yang bisa diadaptasi dan dikembangkan di Indonesia. Tentunya dengan menyesuaikan kurikulum yang ada,” ulas Samsudin.

Samsudin menikmati area Museum Hagia Sophia. (sam)

Sementara, di kompleks Masjid Sultan Ayyub Al Anshari, Çamlıca, rombongan banyak mengetahui sejarah Islam. Selain masjid, juga ditemui rumah dan makam Sultan Ayyub Al Anshari, yaitu salah satu sahabat Rasulullah yang dikunjunginya pertama kali ketika hijrah. “Selain kami ziarah dan berdoa di makam beliau (Sultan Ayyub Al Anshari, red), tak jauh ada makam Sultan Muhammad Al Fatih, penakluk Konstantinopel,” beber Samsudin, sembari menambahkan kunjungan selanjutnya ke KJRI.

Di hari kedua, Minggu (29/12/2019), rombongan mengunjungi Museum Hagia Sophia, yaitu gereja yang diubah menjadi masjid, dan sekarang menjadi museum. “Disana kita banyak sejarah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Ada banyak barang peninggalan, seperti pedang Nabi Daud, tongkat Nabi Musa, jubah Rasulullah, pedang-pedang para sahabat, dan lainnya. Sehingga ada banyak hikmah dalam menguatkan keimanan kita saat mengunjungi tempat tersebut,” ungkapnya.

Pemaparan dan dialog di Direktorat Umum dan Peluang Kerjasama. (sam)

Selanjutnya di hari ketiga, Senin (30/12/2019), menuju kantor Direktorat Umum dan Peluang Kerjasama. Rombongan disambut Mustafa Safran (Wakil Menteri Pendidikan RI), Burcu Eyi̇soy Dalkiran (Direktur Umum Uni Eropa dan Hubungan Luar Negeri), Nazif Yılmaz (Direktur Umum Pendidikan Agama), dan Doç. Dr. Adnan Boyaci (Direktur Umum Pelatihan dan Pengembangan Guru), serta pejabat KJRI dan KBRI.

“Di sana kita sharing informasi tentang dunia pendidikan. Ada kesamaan-kesamaan tentang kurikulum dan pola pengembangan (pendidikan) yang ada di Turki dengan yang ada di Indonesia. Hal ini juga bisa kita ambil dan terapkan di tempat kita,” paparnya, dilanjutkan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang disambut perwakilan Duta Besar.

Rombongan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Turki. (sam)

Di hari keempat, Selasa (31/12/2019), kunjungan ke Fakultas Teologi Universitas Ankara, Direktorat Agama Diyanet, dan Yayasan Agama Turki. Diceritakan pria ramah ini, Fakultas Teologi Universitas Ankara banyak melahirkan imam-imam masjid besar di Turki. Sementara Diyanet mengeluarkan sertifikasi bagi guru-guru agama.

Membaca buku di Perpustakaan Diyanet. (sam)

Hikmah dari perjalanan tersebut, bagi pria kelahiran Pasuruan ini, adalah pengembangan dan inovasi tidak boleh berhenti, alias harus terus berjalan. “Pengembangan inovasi yang sudah kita buat harus ditingkatkan. Dari literasi di Turki, bisa kita tambahkan disini. Dan ini akan kita bahas bersama madrasah lainnya. Apa yang kita serap dari Turki, kita sampaikan bagaimana penerapannya di Indonesia, khususnya Jawa Timur,” tandas Samsudin. (rhd)

Pos terkait