Gas Air Mata yang Digunakan Berbeda, Abdul Haris Ingin Korban Diautopsi

ilustrasi spanduk oleh warga kota malang atas tragedi kanjuruhan
ilustrasi spanduk oleh warga kota malang atas tragedi kanjuruhan

Malang, SERU.co.id – Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris buka suara terkait perbedaan gas air mata. Menurutnya, gas air mata yang digunakan oleh aparat keamanan saat itu berbeda dengan biasanya.

Menurutnya, gas air mata saat itu berbeda dengan gas air mata yang ditembakkan pada tahun 2018 lalu, dimana saat itu mengakibatkan 214 korban sesak nafas dan meninggal satu orang. Saat kejadian Sabtu (1/10/2022), Haris berada di lokasi, dirinya juga sempat menghirup gas tersebut.

Bacaan Lainnya

“Saat itu (2018) banyak Aremania yang masih bisa bertahan, dan tragedi kemarin sudah tidak bisa apa-apa. Korbannya saya lihat muka biru semua,” seru Abdul Haris, saat konfefensi pers di Kantor Arema FC, Jumat (7/10/2022) lalu.

Atas hal tersebut, meskipun ditetapkan sebagai tersangka, dirinya meminta agar korban-korban meninggal untuk bisa di autopsi. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, penyebab sesungguhnya atas tewasnya ratusan jiwa.

“Sata minta diautopsi. Itu meninggalnya karena apa?, apakah karena berhimpitan?, apakah meninggal karena gas air mata?,” terang Ketua Panpel Arema FC tersebut.

Berdasarkan kesaksiannya, kronologi penembakan gas air mata itu terjadi sekitar di menit 97 lebih. Saat itu terdapat dua Aremania yang masuk ke lapangan untuk memberikan suport kepada pemain Arema FC. Itu dilakukan karena tim yang berjuluk Singo Edan ini kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.

“(Saat itu) ada beberapa penembakan gas air mata, yang saya lihat di pinggir lapangan. Sehingga di pintu 13-12 ada kepanikan luar biasa. Saya masuk lagi ke lapangan dengan amata perih, saya memastikan pemain harus segera masuk,” tururnya.

Setelah ia masuk kembali ke ruangan, di sana sudah banyak Aremabia yang tergeletak. Di sana dirinya sesekali mengecek beberapa Aremania.

“Di sana saya lihat ada yang masih bisa nafas, ada yang sekarat. Saya pegang yang lain, ternyata sudah tidak bernyawa,” kata Haris.

Atas hal tersebut, dirinya menduga kuat, gas air mata yang digunakan berbeda dengan biasanya. Sehingga dia berharap, kepada pihaknberwajib untuk mengusut tuntas apa yang menjadi penyebab utama kematian korban.Sebagai informasi, seduai dengan pernyataan Kapolri beberapa waktu lalu, setidaknya ada 11 tembakan gas air mata, diantaranya delapan tembakan dilepas ke arah tribun, dan tiga ke arah lapangan. (bim/ono)

disclaimer

Pos terkait