Sementara mitra kegiatan ini dari Regional English Learning Office US Embassy, mendatangkan pembicara dari Amerika Serikat. Sedangkan dari British Council mengundang sejumlah guru yang dibiayai penuh.
“Ada 535 judul abstrak yang dibagi dalam ratusan paralel sessions, seperti simposium, workshop, dan lainnya. Sehingga bisa share ide, hasil riset dan lainnya, dimana artikel tersebut akan dipublikasikan dalam berbagai jurnal prosiding berindeks dan ber-ISS,” beber Ketua Panitia, Fransisca Maria Ivone.
Disebutkannya, setiap tahun acara ini akan diselenggarakan Asia Tefl di wilayah Asia secara bergantian, salah satunya di Daejong, Korea, pada Agustus 2023. Sementara TEFLIN akan diselenggarakan setiap tahun di berbagai wilayah di Indonesia.
“Materinya berhubungan dengan pembelajaran Bahasa Inggris dan apapun yang berhubungan dengan itu. Ada 22 topik yang memayungi banyak area, seperti literatur, linguistik, pembelajaran anak berkebutuhan khusus, dan lainnya,” tandas Ivone, sapaan dosen departemen Sastra Inggris UM.
Salah seorang peserta, Yohanes Leonardi menilai, konferensi ini sangat bermanfaat baginya dalam mengembangkan keilmuan.
Baik dalam bentuk seminar semacam ini atau penulisan artikel di jurnal ilmiah. Selain itu, juga bisa belajar langsung dari narasumber yang selama ini hanya tahu lewat bukunya saja.
“Yang pasti untuk kami para dosen adalah pengembangan diri. Karena melalui forum ini kita bisa belajar langsung dari sumbernya,” pungkas Yohanes, dosen Bahasa Inggris di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. (rhd)