Boy mengatakan, jika misi dari paham terorisme sendiri bukan misi yang bersifat keagamaan. Embel-embel agama hanya digunakan sebagai alat untuk mengelabui paham radikalisme.
“Virus intoleransi tidak kalah cepatnya menyebar seperti virus COVID-19, maka kita memerlukan vaksin terhadap virus intoleransi. Mari kita perkuat wawasan kebangsaan kita, kita perkuat program-program moderasi beragama,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Rektor V UB, Dr Bambang Susilo MSc mengatakan, muatan pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah dapat menjadi filterisasi pencegahan paham terorisme.
“Dulu ketika sekitar tahun ’81 saya masih duduk di bangku sekolah juga sudah mulai muncul radikalisme. Namun saya tidak ikut masuk kedalam hal tersebut karena saya sukanya sama wayang. Hal-hal yang bermuatan lokal bisa jadi modal untuk mencegah terorisme,” kata Bambang.
Bambang berharap kerja sama UB dengan BNPT tidak hanya sebatas pada pencegahan saja tapi sudah ke ranah pendidikan dan penelitian. (bim/mzm)
Baca juga:
- Fenomena Cerai Pasca Jadi Guru PPG: Apa yang Terjadi?
- Komalku dan DPRD Kota Malang Apreasiasi Pemenang Lomba Menulis Cerita Anak
- Hasil Kesepakatan Polres Batu – Desa Giripurno Final, Karnaval Desa Harus Tuntas 23.00 WIB
- Kompolnas Cek Lokasi Kematian Diplomat Kemlu dan Tidak Temukan Kerusakan Fisik
- Polisi Dalami Peristiwa Kematian Misterius Pasutri di Lawang