Malang, SERU.co.id – Sejak tahun 2011, mahasiswa Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang (Polinema) berhasil memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang diberi nama ‘TuyoQu’. Air minum kemasan TuyoQu ini diambil langsung dari sumber mata air Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Dan telah dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran, bukan ekstrakurikuler.
Penanggungjawab proyek TuyoQu, Dr Ir Dwina Moentamaria MT mengatakan, TuyoQu telah diproduksi Departemen Teknik Kimia Polinema mulai tahun 2011. Dalam kegiatan produksi ini, mahasiswa langsung terjun sebagai personel, baik sebagai operator produksi maupun laboratorium penguji kualitas (QC).
“TuyoQu sudah ada dari 2011. Pada tahun 2016, kita dapat hibah dari Asian Development Bank berupa mesin skala industri. Dalam sehari para mahasiswa dapat memproduksi hingga satu ton, atau lebih dari 200 kardus dengan ukuran menyesuaikan dengan permintaan,” seru Dwina Moentamaria.
- Indosat dan GoTo Kolaborasi Luncurkan Sahabat-AI Berkekuatan 70 Miliar Parameter
- DPRD Jatim Dorong Kota Malang Jadi Pilot Project Pelayanan Publik Berbasis Digital
- UB Kukuhkan Lima Profesor Baru Lintas Bidang Ilmu
Disebutkannya, TuyoQu merupakan program yang dirintis oleh mahasiswa, dalam ajang Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) pada tahun 2010 lalu. Melalui Program Hibah Kompetisi Pengembangan Mutu Pendidikan Politeknik (PHK-PMPP) 2016 mendapatkan pendanaan Asian Development Bank. Berupa alat untuk pengisian produk AMDK, yaitu 1 unit mesin botol dan 1 unit mesin cup yang bekerja semi otomatis, serta 1 unit alat pengemas ditempatkan di Teaching Factory (Tefa) Polinema.
Dwina juga menyebutkan, proses produksi TuyoQu ada beberapa tahapan. Seperti tiga kali penyaringan, sehingga dapat dijamin kualitas dan keamanan air saat dikonsumsi untuk tubuh.
“Prosesnya dari tangki bahan baku, kemudian masuk ke filter secara bertahap, lalu masuk ke ozon supaya bakterinya hilang. Setelah itu, kita UV lagi, sehingga air itu memenuhi syarat seperti air minum lainnya,” jelasnya.
Namun disayangkan, saat ini mereka masih terkendala dalam permasalahan hal perijinan, meskipun sudah melewati tahap pengujian oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Dikarenakan permasalahan tersebut, air minum kemasan itu masih belum bisa diproduksi secara massal dan dipasarkan keluar.
Sampai saat ini TuyoQu, sekedar digunakan untuk kegiatan dan keperluan di lingkup Polinema saja, seperti acara kampus hingga kegiatan mahasiswa.
“Karena alasan itu, kami belum produksi full, jadi masih berdasarkan kurikulum saja. Kebutuhan Polinema kira-kira ga sampai satu ton, tapi ketika digunakan mahasiswa untuk acara himpunan, insyaallah habis. Untuk harga sekarang sekitar Rp32 ribu per satu kardus,” tutur Dwina.
Disisi lain, dengan berbasis kurikulum KKNI, lulusan Diploma IV berada pada level 6, dituntut menjadi seorang teknisi/analis yang menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Secara umum dan konsep teoritis bagian khusus, mahasiswa dituntut menguasai bidang pengetahuan dan ketrampilan tersebut secara mendalam.
Lantaran hal ini didukung dengan Instruktur/ Pengajar Teaching Factory (Tefa) yang telah memperoleh Sertfikasi Asesor Kompetensi dan Sertifikasi K3 dari BNSP. Serta telah memperoleh Pelatihan Teknologi Pengemasan di Toyo College Jepang. (ws6/bim/rhd)
Baca juga:
- Babinsa Sukun Monitoring Gudang Bulog, Pastikan Stok dan Kualitas Beras Aman
- Iduladha, Wali Kota Batu Ingatkan Pentingnya Keimanan dan Pengorbanan
- Wali Kota Malang Apresiasi Bantuan Sapi Kurban Presiden Prabowo Berdayakan Peternak Lokal
- Ribuan Warga Muhammadiyah Salat Iduladha di Stadion Brantas di Kota Batu
- Indonesia Bungkam China 1-0 di GBK, Jaga Asa Lolos ke Babak Keempat