Malang, SERU.co.id – Jelang bulan Suci Ramadan, ziarah kubur telah menjadi tradisi bagi kaum muslimin dan muslimat. Di sejumlah daerah juga disebut sebagai tradisi ‘nyekar’, untuk mendoakan orang tua atau ke makam para Wali Allah.
Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren (PP) Al- Islahiyah, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Imron Rosyadi Hamid mengatakan, tradisi ziarah Kubur yang sering dilakukan oleh masyarakat setiap tahun jelang Ramadan perlu dipertahankan dan jangan sampai hilang.
“Ziarah kubur ini merupakan budaya kita, sebagai orang Nusantara kita perlu merawatnya. Kiriman-kiriman do’a dari kita lah yang ditunggu oleh beliau-beliau yang telah mendahului kita,” seru Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU itu.
Ia juga menjelaskan, banyak orang yang sering salah paham terkait ziarah kubur ini. Banyak yang salah mengartikannya sebagai kegiatan meminta kepada kuburan, bahkan tidak sedikit yang memahami ziarah kubur, sebagai perilaku yang sesat.
“Asal semuanya dilandasi dengan niat baik dan benar, serta tidak salah memahami tradisi ziarah kubur. Ziarah kubur itu, kegiatan mengirim doa pada para leluhur atau orang alim yang sudah mendahului kita,” seru Rektor UNIRA Malang tersebut.
Wasekjen PBNU, Gus Imron memaparkan, dulunya Rasulullah mengharamkan ziarah kubur ketika akidah dan keimanan umat Islam belum kuat. Namun, setelah bertahun-tahun kemudian, Rasulullah membolehkan kembali ziarah kubur.
“Pada masa dulu memang dilarang karena orang-orang Arab sudah terbiasa menyembah kuburan dan berdoa agar permintaannya dikabulkan,” kata dia.
Hal tersebut, sesuai dengan sabda Rasulullah yaitu, ‘Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Namun, sekarang berziarahlah’ (HR Muslim).
“Hadist itu ada naskhnya. Naskh dalam ilmu fikih itu menjelaskan sesuatu yang awalnya dilarang menjadi dianjurkan, bisa lihat di kitab Tarikh Al Tasyri’ di bab masalah naskh,” kata Gus Imron.
Selain itu, Gus Imron mengatakan, dalam berziarah ada nilai-nilai yang dapat kita petik. Diantaranya, mengingatkan kita akan kematian, sehingga dapat melembutkan hati.
“Kita ini harus ingat kalau suatu saat nanti akan meninggal. Maka dari itu, ziarah ini penting agar masyarakat memiliki kesadaran dan lebih berhati-hati didalam menjalani kehidupan,” tandasnya.
Ia juga menghimbau, dalam berziarah terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Seperti, jangan berdoa (memohon) kepada ahli kubur dengan tujuan agar dikabulkan hajatnya.
“Meminta ke ahli kubur, itu musyrik, seperti minta rezeki dan jodoh. Jadi, kita ziarah itu tujuannya hadiah pahala kita, bacaan kalimat thayyibah kita (zikir, tahmid, hingga tahlil) pahalanya disampaikan kepada orang yang sudah wafat, berdoanya tetap kepada Allah,” tegasnya.
Mengingat Ramadan sudah tinggal menghitung hari, melalui SERU.co.id, ia mengajak kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan ketakwaan, perbanyak istighfar dan amalan-amalan baik lainnya.
“Membaca Al-quran agar ketika nanti memasuki bulan Ramadan, situasi jiwa lebih terkondisikan. Sekali lagi, saya ingatkan para kaum muslimin jangan sampai salah niat ketika menziarahi kuburan,” tutupnya. (ws5/ono)
Baca juga:
- DPKH Kabupaten Malang Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Jelang Kurban
- Kenaikan Isa Almasih Serta Libur Panjang Polres Malang Amankan 67 Gereja dan Lokasi Tempat Keramaian
- Polisi Temukan Pelanggaran Plat Nomor dan Kelalaian Berkendara Kasus Christiano Tarigan
- 253.421 Peserta Lolos UTBK SNBT 2025, Berikut 10 Kampus dengan Pendaftar Terbanyak
- Nelayan Hilang di Laut Polagan Pamekasan Ditemukan Meninggal oleh Tim SAR Gabungan