Malang, SERU.co.id – Kota Malang dianggap sebagai barometer musik tanah air, namun saat ini nampaknya hal tersebut hanya menjadi slogan belaka, lantaran turunnya kecintaan masyarakat terhadap musik. Sehingga diperlukan strategi dari para pelaku seniman musik untuk berjuang membuat platform digital.
Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko mengatakan, Kota Malang pernah mendapatkan predikat barometer musik rok tanah air, artinya sebuah capaian yang besar dan menjadi alat ukur. Begitu juga dengan bakat dan prestasi, banyak pemain musik asal Kota Malang mencapai tingkat Nasional.
“Untuk mengembalikan barometer, dikaitkan dengan era kekinian, agar sebuah karya musik bisa langsung dinikmati dengan platform digital. Harus disiapkan agar pelaku seniman mendapatkan manfaat karya seni, dan royaltinya. Komunikasikan dan bicarakan dengan pemerintah,” seru Bung Edi, sapaan akrabnya.
Pada masa era kejayaan musik waktu dulu, para stake holder musik mampu mendukung kegiatan musik. Baik penyelenggara, sponsor, pendukung dan pemerintah, sehingga terbangun ekosistem yang baik saat itu.
“Masyarakat dan pelaku usaha mendukung, penyelenggara juga berperan. Pemerintah memberikan tempat, pelaku musik memberikan karya terbaik. Juga pecinta musik ketika mendengarkan mampu menilai dan mengapresiasi,” tambah Sofyan yang akrab disapa Bung Edi.
Ketika diajak kembali mengingat euforia kejayaan musik Kota Malang, ia menceritakan, sebuah grup band yang sukses di tingkat Nasional barometernya ketika sukses tampil di Kota Malang. Tidak sedikit grup band yang tidak berkembang, karena dinilai tidak menyuguhkan karya musik yang baik bagi penonton.
“Betapa pentingnya penonton terhadap keberhasilan band dan vokalis yang tampil. Setiap kegiatan musik yang berakhir dengan aman, berarti band itu bagus karena semua happy. Seperti The Rollis, Ahmad Albar, GodBless, tampil di Pulosari,” kenang Bung Edi.
Menanggapi hal ini, Ketua Museum Musik Indonesia (MMI) Kota Malang, Hengky Herwanto menyatakan, slogan Malang sebagai barometer musik tanah air saat ini sudah memudar. Padahal saat ini, banyak prestasi pemusik dari Kota Malang yang telah berprestasi hingga kancah International.
“Dulu itu para pecinta musik rela menjual celana untuk beli tiket. Besar rasa cintanya untuk mengharap sajian musik yang bermutu. Terus kalau lihat musik yang tidak bagus, dilempar,” jelas Hengky, sapaan akrabnya.
Menurutnya, ekosistem yang disampaikan Bung Edi belum berjalan sempurna saat ini. Dahulu gencar-gencarnya publikasi, banyak dibantu radio amatir. Walau saat ini sudah era teknologi, namun belum tertata dengan baik.
“Ekosistem yang disampaikan oleh pak Wawali belum berjalan sempurna. Medsos memang ada, walaupun jangkauan luas, tapi belum menjadi ekosistem yang ditata dengan baik. Itulah yang perlu diperbaiki, ekosistem musik di Kota Malang, harap Hengky. (ws4/rhd)
Baca juga:
- Seluruh Jemaah Haji Indonesia Tiba di Makkah, Siap Jalani Wakuf di Arafah
- Satu WNI Meninggal di Gurun Makkah, Dua Lainnya Diselamatkan Usai Coba Masuk Secara Ilegal
- 541 Atlet KONI Kota Batu Lolos Mengikuti Porprov IX Jatim 2025
- KONI Batu Bakar Semangat Tanding Atlet Lewat Character Building
- Pemkot Malang Tak Kuasa Hadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terdesak Perumahan