Mobil listrik Hyundai hadir dengan 2 (dua) tipe varian. Di antaranya IONIQ pada kisaran harga Rp652 juta (prime) dan Rp692 juta (signature), serta KONA pada kisaran harga Rp712 juta. Selain itu, ada pula SantaFe, Palisade dan Staria, yang menjadi produk andalan Hyundai Sutoyo menggunakan BBM, di kisaran harga Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
Chief Operating Officer (COO) Hyundai Indonesia, Makmur menegaskan, mobil listrik Hyundai memiliki banyak kelebihan, dibandingkan mobil listrik dengan milyaran rupiah di Indonesia.
“Pertama, zero emisi. Kedua, teknologi dan keamanannya tinggi. Ketiga, produksi Hyundai dibanderol harga Rp600-700 jutaan,” terangnya, mendampingi President Director PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), SungJong Ha.
Makmur menyebut, kebijakan pemerintah Indonesia sangat mendukung produksi mobil listrik. Keuntungan yang didapat pembeli mobil listrik, yakni PPN BM 0 rupiah, biaya Balik Nama (BBN) di Jakarta 0 persen, di daerah BBN 10 persen.
“Mobil listrik juga lebih irit, bisa menempuh 300-380 km sekali charge. Ketika gas dilepas atau kecepatan diturunkan, secara otomatis recharge atau mengisi sendiri. Dan kami garansi baterainya sampai 8 tahun,” ucap Makmur.
Disebutkannya, setiap pembelian mobil listrik, baik IONIQ maupun KONA, bakal mendapat satu paket AC charging station senilai lebih dari Rp30 juta. Sehingga, pengguna mobil listrik Hyundai, sepenuhnya lepas dari bahan bakar minyak (BBM).
“Tahun ini, kami tak mengejar target unit penjualan. Namun kami mengejar target infrastruktur, hingga 100 dealer di Indonesia, 500-an AC Charging Station, dan lainnya,” urainya.
Salah satu bukti, ada tiga stasiun pengisian listrik Hyundai. Yakni, di Santika Hotel, Malang Town Square dan Hyundai Sutoyo. (rhd)
