Perketat protokol kesehatan
Malang, SERU.co.id – Ditemani Walikota Malang, serta Rektor Universitas Brawijaya (UB), anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) meninjau proses Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Hal tersebut dikarenakan hanya di Malang yang tidak menggunakan tes rapid antigen.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi ST MSiPol mengatakan, pihaknya datang kesini melihat UTBK. Mereka mendapat keluhan dari siswa yang keberatan adanya tes rapid di UTBK, lantaran dinilai mahal bagi siswa.
“Disini di Kota Malang, justru berbeda yang dilakukan oleh Pemkot Malang dan Universitas Brawijaya. Dimana anak-anak disini tidak perlu mengikuti rapid antigen yang berbiaya mahal,” seru Dede Yusuf, Senin, (12/4/2021).
Mantan pemain film laga era 80-90 an ini menambahkan, kedatangan mereka seperti yang disampaikan Walikota Malang, sudah steril dengan protokol kesehatan ketat. Terlebih mal, pasar dan tempat umum lainnya sudah dibuka dan tanpa antigen untuk masuk. Mungkin bagi kalangan menengah atas murah, namun bagi kalangan menengah ke bawah, nominal tes antigen cukup membebani.
“Ujian sesuatu yang menyangkut masa depan dia, uang Rp250 ribu baginya besar. Disamping itu Pak Rektor punya pandangan lain,” ucap mantan Wakil Gubernur Jawa Barat tahun 2008 – 2013 ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bagi yang sudah memiliki GeNose, bisa menggunakan GeNose. Kalau anak di tes ternyata terindikasi suhunya tinggi tapi negatif, kasihan tidak bisa ikut ujian. Pihaknya sangat mengapresiasi apa yang diterapkan di Kota Malang, khususnya UB. Sehingga dijadikan contoh yang lain.
“Kita berhati-hati justru dalam prokesnya, bukan dari rapidnya,” tegas Dede, kepada awak media.
Senada, Rektor Universitas Brawijaya, Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR MS menuturkan, UTBK SBMPTN memang tidak menggunakan hasil tes antigen, namun prokes yang diterapkan sangat ketat. Mulai masuk cuci tangan, tes suhu, menggunakan masker, kalau tidak standar akan diganti.
“Kita ganti masker standar semua. Kalau memang ada bermasalah (suhunya tinggi), mereka tesnya di tempat lain disendirikan. Ada tempat isolasinya juga disediakan,” ungkap Prof Nuhfil.
Sementara Walikota Malang, Drs H Sutiaji mengatakan, kampus-kampus di Malang semua mencontohnya di UB. Dimana awalnya dari Fakultas Kedokteran. Penerapan prokes didukung oleh petugas yang sudah dites negatif Covid-19.
“Alhamdulillah petugasnya sehat semua, sudah diswab semua,” tuturnya.
Sutiaji menambahkan, ucapan terima kasih atas komitmen yang dilakukan UB dalam menaati Perwali terkait tatap muka dan wisuda daring selama ini. Ada beberapa evaluasi yang dimasukkan dari tahun kemarin, yang bisa dibuat contoh kampus-kampus di perguruan tinggi negeri dan swasta.
“Ada saran dari kami dipakai. Dulu tasnya berbaur jadi satu, sekarang sudah tidak,” tandasnya. (ws1/rhd)