UB Kukuhkan Profesor Baru dari FK dan Fapet

Prof dr Mohammad Saifur Rohman, SpJP (K), PhD, dan Prof Dr Ir Sucik Maylinda, MS - UB Kukuhkan Profesor Baru dari FK dan Fapet
Prof dr Mohammad Saifur Rohman, SpJP (K), PhD, dan Prof Dr Ir Sucik Maylinda, MS. (ist)
Prof dr Mohammad Saifur Rohman, SpJP (K), PhD, menyampaikan paparan. (rhd)

Sebagai Profesor di bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler pada FK-UB, Prof dr Mohammad Saifur Rohman, SpJP (K), PhD, membawakan pidato pengukuhan berjudul “Pendekatan Sistematik dan Integratif untuk Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyakit Jantung Koroner”.

Dalam pidatonya, Prof Rohman menyampaikan, Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian PJK berdampak besar terhadap pembiayaan dan kualitas hidup SDM usia produktif di Malang.

Bacaan Lainnya

“Salah satu langkah solutif yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah PJK ini adalah pendekatan berbasis penelitian, pengabdian masyarakat dan pendidikan secara integratif,” ungkap Prof Rohman, sapaan akrabnya.

Seperti membentuk kelompok kajian/research group kardiovaskuler beranggotakan multi disiplin ilmu dari berbagai profesi dan keahlian, seperti dokter, perawat, farmakologi, ahli biologi, ahli teknologi dan informasi, ahli teknologi pertanian dan keahlian lain, untuk menyelesaikan masalah jantung dan pembuluh darah bersama-sama.

“Saat ini di dunia terdapat 126 juta penderita PJK, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat pada 2030,” sebut pria kelahiran Sampang, 10 Oktober 1968 ini.

Salah satu penyebab PJK, karena pola hidup yang tidak baik, makanan cepat saji tinggi kalori, dan kurangnya olahraga, sehingga menimbulkan timbunan lemak yang menyebabkan peningkatan penyakit metabolik dan akhirnya menjadi PJK. Apabila dibiarkan, maka PJK ini akan menimbulkan gejala yang tak stabil atau serangan jantung.

“Sumbatan dan keluhan yang semakin lama semakin parah, dapat menimbulkan kematian mendadak. Sumbatan yang tidak segera dibuka akan menyebabkan kerusakan otot jantung, yang apabila meluas terjadilah gagal jantung. Dan setelah didiagnosa gagal jantung, 1 dari 5 pasien, meninggal dalam waktu 12 bulan,” bebernya.

Serangan jantung yang menyebabkan kerusakan sel otot jantung (kardiomiosit) atau disebut Infark Miokard Akut (IMA), pencegahannya dilakukan dengan penelitian melalui studi klinik dan genetik. Selain itu, pendekatan dengan membentuk komunitas peduli jantung di Malang (Malang Community Cardiovascular Care = MC3).

“Dalam waktu 10 tahun pendekatan tersebut, dapat berkontribusi terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian, penurunan angka rawat inap berulang, peningkatan kualitas hidup, peningkatan angka capaian terkontrolnya faktor resiko PJK,” tandas alumni S3 di Kobe University, Jepang ini.

Pos terkait