Kupang, SERU.co.id – Suasana duka bercampur amarah mewarnai penjemputan jenazah Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23). Jenazah prajurit TNI AD tersebut diduga akibat penganiayaan senior di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Sang ayah menuntut hukuman mati dan siap mundur sebagai prajurit TNI.
Sang ayah, Serma Christian Namo menegaskan, dirinya siap melepas status sebagai prajurit TNI. Ia juga mengaku siap mempertaruhkan nyawa demi keadilan untuk anaknya.
“Beta mau lihat tentara punya hebat. Hukuman cuma dua, ingat ya. Itu hukuman mati dan pecat!,” seru Christian yang juga anggota TNI ini saat menerima peti jenazah anaknya.
Kecurigaan keluarga terhadap penyebab kematian Lucky mencuat setelah ditemukan sejumlah luka tidak wajar di tubuh korban.
“Saya tuntut keadilan, kalau bisa semua dihukum mati biar tidak ada Lucky-Lucky yang lain. Anak tentara aja dibunuh apalagi yang lain,” kata Christian, dikutip dari CNN.
Paman korban, Rafael Davids menyebut, terdapat lebam, sayatan dan benturan kuat dugaan akibat kekerasan.
“Dari foto dan cerita keluarga di Nagekeo, terlihat jelas tanda-tanda penyiksaan di tubuhnya. Luka lebam dan sayatan itu tidak wajar,” ujar Rafael, dikutip dari detikcom, Jumat (8/8/2025).
Lucky dilaporkan meninggal dunia di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 WITA
Kodam IX/Udayana memastikan telah menurunkan tim investigasi ke lokasi kejadian untuk mengusut tuntas penyebab kematian Prada Lucky. Sebanyak 20 orang prajurit dari satuan tempat Lucky bertugas telah diperiksa sebagai saksi.
“Yang kita terima sekitar 20 orang dimintai keterangan. Dari jumlah itu, empat orang diamankan oleh Sudenpom Kupang,” ujar Waka Pendam IX/Udayana, Letkol Inf. Amir Syarifudin.
Amir menegaskan, status keempat orang yang diamankan belum ditetapkan sebagai tersangka. Mengingat proses investigasi masih berjalan. Ia juga menjamin penanganan kasus ini akan dilakukan secara transparan, profesional dan berlandaskan hukum.
“Kami menjunjung asas praduga tak bersalah dan tegak lurus pada proses hukum,” tegasnya.
Menanggapi kasus ini, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mendesak agar investigasi dilakukan secara terbuka dan adil. Ia menilai, pentingnya keterbukaan agar publik tetap percaya pada penegakan hukum dan menjaga soliditas internal TNI.
“Karena ini negara hukum, maka hukum harus ditegakkan seadil-adilnya dan setransparan mungkin,” pungkasnya. (aan/mzm)