Batu, SERU.co.id – Dalam upaya mengelola sampah organik di Kota Batu, setidaknya dibutuhkan sebanyah 60 Rumah Composter di Tingkat Dusun se- Kota Batu. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, Dian Fachroni kepada SERU.co.id dalam sebuah kegiatan dinas.
Dian mengatakan, jumlah penduduk di Kota Batu saat ini sebanyak 200.000 lebih jiwa dengan asumsi per Kepala Keluarga (KK) terdapat 4 anggota keluarga. Bila masing-masing penduduk di Kota Batu menghasilkan 0,53 kg sampah dan 50 persennya adalah organik maka dibutuhkan 60 rumah Composter. Hal itu untuk bisa menyelesaikan permasalahan sampah organik pada basis dusun di Kota Batu.
“Kita bisa mendesain Rumah Composer untuk kapasitas 750 sampai 1000 Kepala Keluarga untuk menyelesaikan sampah organik ini,” ungkapnya.
Dian menerangkan, saat ini sudah tersedia anggaran On Budget untuk membangun sekitar 20 rumah kompos di tingkat desa. Mekanisme pembangunannya adalah dengan belanja modal, karena merupakan aset pemerintah kota. Rumah Kompos di tingkat desa itu akan menggunakan sewa kelola tipe 4.
“Yang akan melaksanakan ini adalah kelompok masyarakat (Pokmas) yang ditunjuk oleh kepala desa karena menggunakan asetnya desa untuk menyelesaikan sampah organik,” cetusnya.
Dian menuturkan, khusus untuk objek vital strategis pemerintah Kota Batu, pihaknya akan membuat Big Composter Tahap 2. Big Composter ini akan dibangun di dekat Incenerator yang dimiliki oleh DLH Batu. Pihaknya lebih memilih Option pembangunan Big Composter ketimbang membeli lagi mesin Inceneratot.
“Alasannya karena indeks kualitas udara kita tahun 2024 itu menurun drastis, padahal kita tidak ada pabrik baru atau industri baru. Kami mengidentifikasi, selain karena memang kepadatan wisatawan yang hadir ke Kota Batu, tapi juga itu diproduksi oleh tungku-tungku Incenetator yang tidak standar,” imbuhnya.
baca juga: Kick Of Big Composter DLH Kota Batu Diharapkan Jadi Solusi Sampah Organik Perkotaan
Dian menambahkan, pihaknya secara berkala, melakukan Uji Ambang udara 6 bulan sekali. Untuk itu, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kembali indeks kualitas lingkungan hidup terutama indes kualitas udara 2025.
“Kita capek dengan cara mereduksi atau bakar-bakar dan kita aktivasi untuk pengolahan sampah organik. Setidaknya itu bisa menyelesaikan 2 indeks yang menjadi perhatian kita, yakni indeks kualitas lingkungan hidup dan indeks pengelolaan persampahan,” tukasnya. (dik/mzm)