Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya melalui Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) akhirnya meresmikan Pusat Layanan Infeksi di Gedung A RSUB, Kamis (19/6/2025). Dikemas dalam ‘Official Commencement of Building Construction: RSUB Infection Center.
Direktur Project Implementation Unit (PIU) UB, Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati MS IPU ASEAN Eng menyampaikan, Pusat Layanan Infeksi RSUB dibangun sebagai wujud awal komitmen penanganan Covid-19. Meski covid-19 sudah berakhir, pembangunan dalam beberapa tahap dari berbagai pola pendanaan ini terus berjalan. Mengingat layanan Infeksi di rumah sakit masih dibutuhkan, lantaran keberadaannya di Indonesia masih terbatas
“Pertama, softloan (pinjaman lunak) yang dikeluarkan lender (pemberi pinjaman) dari KFW (Kreditanstalt fur Wiederaufbau) Jerman. Kedua, Grant Project itu pemberian bantuan (CSR) dari European Union. Karena waktu awal pembangunan itu masih masa covid-19, baru kali ini diresmikan meski tahapannya sudah 70 persen,” jelas Prof Sasmito Djati, sapaan akrabnya kepada SERU.co.id, Kamis (19/6/2025).
Disebutkannya, meski covid-19 sudah selesai, namun laboratorium, rumah sakit dan sebagainya, masih sangat berguna untuk menghadapi penyakit-penyakit infeksius. Namun, mengingat kebijakan efisiensi dan berakhirnya masa covid-19, Prof Sasmito belum bisa memastikan kapan selesainya pembangunan/renovasi gedung, laboratorium dan lainnya akan berakhir.
“Secara agreement, softloan KFW German sebesar 39 juta euro dan Grant Project dari European Union sekitar 5 juta euro. Persoalan kapan selesainya saya tidak tahu, karena ini urusan efisiensi dan lain sebagainya kami tidak tahu,” terang mantan Wakil Rektor 4 periode 2019-2023 ini.
RSUB sebagai rumah sakit pendidikan kini dilengkapi berbagai perlengkapan, renovasi dan lain sebagainya. Terkait rencana jangka panjang, Universitas Brawijaya (UB) sebagai pemilik RSUB akan memaksimalkan sarana prasarana yang ada. Meski tantangannya terbilang tak mudah dan masih panjang, lantaran masih ada yang perlu dipenuhi.
“Yang pasti dan pertama, untuk melayani mahasiswa UB dan mendidik mahasiswa kita menjadi dokter berpengalaman. Kedua untuk penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dan ketiga untuk melayani masyarakat umum secara luas,” imbuhnya.
Sejak pendirian awal RSUB, pendanaan pembangunan/renovasi gedung, laboratorium dan sarana prasarana lainnya penuh liku-liku perjuangan. Bahkan hingga beberapa periode kepemimpinan rektor dan wakil rektor, mulai dari perencanaan hingga tahapan pembangunan tahun ini.
“UB sebagai perguruan tinggi juga sama dengan kementerian-kementerian yang lain, ada dana-dana kepolisian, dana-dana TNI, dana-dana sebagainya. Artinya perencanaan dan pendanaan pendirian rumah sakit institusi itu besar dan bertahap untuk melengkapi dan naik kelas. Seperti softloan KFW Jerman dan Grant Project dari European Union itu semua bentuknya dana, menyusul pendanaan berikutnya,” optimisme pendekar pencak silat ini.
Senada, Rektor UB, Prof Widodo SSi MSi PhD MedSc mengapresiasi, sumbangsih dari softloan KFW Jerman dan Grant Project dari European Union. Hal itu disampaikan kepada Country Director of KFW Jakarta, Burkhard Hinz dan Head of Unit for South Asia and Southeat Asia European Union, Mario Ronconi.
“Anda tepat sekali memilih RS UB, karena disini ada banyak sekali bidang keilmuan tentang kesehatan. Dengan standar Eropa meski tak mudah, namun akan menjadi tantangan tersendiri, terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Tentunya dukungan 18 fakultas lainnya, UB akan mampu menjawab tantangan tantangan kesehatan global ini,” ungkap Prof Widodo, dalam sambutannya.
Sementara itu, Direktur Direktorat Sumber Daya Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Prof Dr Sri Suning Kusumawardani ST MT menyampaikan, apreasiasinya kepada semua pihak. Menurutnya, dengan memperkuat layanan infeksi sebagai pilar atau unggulan rumah sakit, maka akan meningkatkan kualitas pendidikan. Termasuk pelayanan kesehatan di Indonesia
“Saat ini, Kemendiktisaintek telah memiliki 38 RS milik perguruan tinggi negeri (RSPTN) yang perlu dikembangkan seperti halnya RS milik Polri, Kemendagri, dan lainnya. Kekhususan RSPTN dibandingkan rumah sakit lainnya yaitu pengembangan sains dan teknologi dalam sistem Tri Darma Perguruan Tinggi dan pelayanan kesehatan,” jelas Prof Suning, sapaan akrabnya.
Kemendiktisaintek terus berupaya memperkuat peran RSPTN sebagai centre of education dibidang kesehatan. Khususnya melalui pengembangan model riset, teknologi kesehatan hingga AI kesehatan. RSPTN harus menjadi yang terdepan dalam pengembangan saintek dalam bidang kesehatan.
“Dengan RSUB diarahkan sebagai pusat layanan infeksi terintegrasi, maka harus mampu menjadi ekosistem pembelajaran fungsional berbasis data dan accident. Sehingga mampu mendukung praktik kedokteran yang berbasis kemajuan. Kami berkomitmen memberikan dukungan, baik melalui kebijakan, peningkatan kapasitas SDM dan fasilitasi kolaborasi antar institusi,” tandas Prof Suning.
Plh Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, dr Rina Istarowati menyampaikan, ucapan selamat atas dibangunnya pusat layanan infeksi di RSUB. Pihaknya mengapresiasi lantaran selaras dengan Dasa Bakti, yaitu Ngalam Tahes. Pihaknya berharap, kolaborasi dan sinergi tidak hanya dalam hal pelayanan, tetapi juga dalam hal pendidikan dan penelitian.
“Dengan dibangunnya pusat infeksi menjadi lebih kuat lagi sistem kesehatannya. Dan ini wujud sinergi kolaborasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, khususnya warga Kota Malang,” jelas dr Rina, mewakili dr Husnul Muarif yang sedang ibadah haji. (bas/rhd)