Kisah Duka Dosen Asal Madura yang Gugur Menuju Tanah Suci

Kisah Duka Dosen Asal Madura yang Gugur Menuju Tanah Suci
Ilustrasi gurun. (ist)

Pamekasan, SERU.co.id – Di balik haru biru musim haji tahun ini, sebuah kabar pilu datang dari gurun Jumum, Arab Saudi. SM, dosen 42 tahun asal Desa Blumbungan, Pamekasan, Madura, ditemukan tak bernyawa di tengah hamparan pasir panas, Selasa (27/5/2025). Ia gugur dalam perjalanannya menuju Tanah Suci usai menempuh jalur nonprosedural dan penuh risiko.

Impian SM untuk berhaji sudah lama ia simpan dalam dada. Keyakinan besarnya membuat ia tidak menghiraukan segala risikonya.

Bacaan Lainnya

“Insyaallah aman,” seru SM suatu hari kepada Ahmad Asir, sahabat sekaligus rekan sejawat di kampus.

Padahal, jauh sebelum keberangkatan, sahabat-sahabatnya sudah mengingatkan. Tapi SM sangat yakin.

“Saya sudah bilang, jangan berangkat lewat jalur itu. Kenapa tidak sabar menunggu yang legal?,” tutur Asir, mengenang perbincangan terakhir mereka, seperti dikutip dari Detik, Selasa (3/6/2025).

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah mengonfirmasi, SM bersama dua WNI lainnya, J dan S, nekat kembali masuk ke wilayah Makkah setelah sebelumnya terjaring razia petugas Saudi.

“Mereka telah diminta kembali ke Jeddah. Tapi SM memilih jalan lain. Ia bersama dua rekannya menyewa taksi gelap dan menempuh jalur gurun,” ungkap Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha.

Namun, takdir berbelok ke arah yang getir. Ketika patroli polisi muncul di kejauhan, sang sopir ketakutan. Ia menurunkan para penumpangnya begitu saja di tengah gurun Jumum. Di bawah suhu ekstrem dan tanpa persiapan matang, tubuh SM kalah oleh dehidrasi. Ia meninggal dunia di tempat, sementara dua lainnya dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

“Patroli polisi menemukan jenazah SM. Dua WNI lain ditemukan dalam keadaan lemas akibat dehidrasi,” jelas Judha.

Kini, jenazah SM masih berada di rumah sakit forensik di Makkah. Pemerintah Indonesia melalui KJRI telah menghubungi keluarga dan tengah menunggu keputusan mengenai proses pemulangan atau pemulasaran jenazah di Arab Saudi.

Di tanah kelahirannya, kabar duka itu tiba seperti petir di siang bolong. Awalnya keluarga tak percaya.

“Belum ada kepastian. Tapi barusan kami terima telepon dari Makkah. Positif meninggal,” kata Junaidi, tokoh desa Blumbungan.

SM dikenal sebagai sosok pendiam, religius dan bersemangat tinggi dalam mengajar. Ia bukan hanya dosen, tetapi juga panutan masyarakat sekitar. Maka wajar bila kepergiannya menyisakan luka yang dalam.

Di tengah duka, muncul juga keprihatinan nasional. Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji), Mochammad Irfan Yusuf atau Gus Irfan menegaskan, masyarakat Indonesia jangan menempuh jalan belakang untuk berangkat haji. Jalur nonresmi, katanya, bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga mempertaruhkan nyawa.

“Saya tahu banyak yang sangat ingin berhaji. Tapi jangan paksakan diri melewati padang pasir atau jalur tikus lainnya. Risikonya sangat besar,” ujar Gus Irfan.

Tak lupa, Ia mengingatkan, saat ini otoritas Arab Saudi telah memperketat penjagaan. Termasuk terhadap jalur-jalur gurun seperti tempat SM ditemukan.

“Tak ada yang lebih menyesakkan dada dari kabar seseorang yang meregang nyawa dalam perjalanannya menuju rumah Allah. Bukan karena berdesak-desakan mencium Hajar Aswad atau kelelahan melontar jumrah. Namun karena kehabisan napas di tengah gurun tandus akibat memaksakan diri berhaji secara ilegal,” tulis Tgk. Mukhlisuddin Marzuki, dikutip dari website resmi Kemenag Aceh.

Senada, Syekh Ali Jaber juga pernah berkata, Haji itu bukan sekadar rukun Islam, tapi panggilan khusus dari Allah. Jika belum dipanggil, bersabarlah. Jangan paksa Allah menerima kita di rumah-Nya jika kita datang tanpa undangan-Nya. (aan/mzm)

disclaimer

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *