Petani Asal Malang Ciptakan Bibit Padi Unggul Produksi hingga 14 Ton per Hektar

Petani Asal Malang Ciptakan Bibit Padi Unggul Produksi hingga 14 Ton per Hektar
Ngateman tengah menunjukan padi dari bibit yang berhasil dirinya diciptakan. (foto: ist)

Malang, SERU.co.id – Seorang petani asal Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, bernama Ngateman berhasil menciptakan varietas padi unggul yang mampu menghasilkan panen hingga 12–14 ton per hektar, jauh di atas rata-rata produksi padi biasa yang hanya mencapai 7–9 ton per hektar.

Ngateman menyebut, padi jenis inbrida ini merupakan hasil pengembangan sejak tahun 2012, dari persilangan dua varietas lokal yang ia temukan dan kembangkan sendiri, yaitu Kasima (Kasembon Sanusi Malang) dan Sukma (Sukorejo Kasembon Malang).

“Kasima dan Sukma kami temukan hampir bersamaan. Kami mulai uji coba sekitar tahun 2009 dan terus berproses hingga akhirnya stabil pada 2017,” ujar pria berusia 60 tahun itu.

Dirinya membeberkan, produksi padi ini jauh lebih banyak dari padi biasanya yang dibudidayakan selama ini. Dalam satu hektar lahan, padi varietas Kasima dan Sukma, dapat menghasilkan 12-14 ton. Sedangkan padi biasanya, hanya bisa menghasilkan 7-9 ton per hektar.

Pria berusia 60 tahun tersebut menjelaskan, ia mulai melakukan pembibitan benih padi itu sudah berlangsung sejak 2009 lalu. Ngateman juga mengaku, sempat mengalami beberapa kesulitan, hingga benih padi unggulan tersebut berhasil diciptakan.

Ketemunya kadang-kadang meleset, maksudnya gak sesuai dengan apa yang diharapkan
Kadang-kadang pas kita coba kekurangan air kan ya tingkat kesulitan itu,” jelasnya.

Hingga usahanya telah membuahkan hasil, pada 2017, bibit Sukma dan Kasima telah stabil dan berhasil untuk ditanam untuk skala besar. Kemudian, oleh Pemerintah Kabupaten Malang bibit tersebut akan dirilis atau diperjualbelikan.

Dirinya juga mengaku, sempat merasa kesulitan untuk memberi nama varietas padi yang ia ciptakan. sehingga bibi tersebut diberi nama Sukma (Sukorejo Kasembon Malang) yang berasal dari nama Dusun Sukorejo tempat Ngateman pembibitan padi. Sedangkan Kasima (Kasembon Sanusi Malang) yang merupakan nama Bupati Malang.

“Karena Pemkab Malang menganjurkan ada nama sebelum dilepas, jadinya itu nama yang kami setujui,” ungkapnya.

Menariknya, nama varietas Sukma diambil dari nama Dusun Sukorejo tempat Ngateman melakukan pembibitan, sedangkan Kasima merupakan singkatan dari Kasembon dan nama Bupati Malang saat itu, Sanusi.

Ngateman menjual bibit Sukma dan Kasima seharga Rp25 ribu per kilogram. Ia juga menekankan bahwa agar hasil panen maksimal, penanaman harus mengikuti standar operasional penanaman yang telah ia susun, seperti pengaturan jarak tanam ideal yaitu 30 cm x 30 cm x 40 cm.

“Kalau ditanam terlalu rapat, hasilnya tidak maksimal karena anakan padi akan saling berebut ruang,” pungkasnya. (wul/ono)

Pos terkait