Malang, SERU.co.id – Akademisi Universitas Brawijaya menyoroti pentingnya impelentasi kesetaraan gender.di ruang publik. Ia menegaskan, jangan sampai hal tersebut hanya menjadi jargon, karena peradaban bangsa juga dibangun oleh perempuan.
Co-Chair (Ketua Bersama) Komunitas Gender dan Hubungan Internasional se-Indonesia, Henny Rosalinda SIP MA PhD menyoroti pentingnya kesetaraan gender. Henny mengungkapkan, dengan prinsip kesetaran, perempuan dan laki-laki memiliki akses dan kesempatan yang sama dalam berbagai hal.
“Kesetaraan gender jangan hanya menjadi sebuah jargon, melainkan diimplementasikan dengan penuh tanggungjawab bersama. Sehingga perempuan dan laki-laki tidak melihat statusnya secara gender,” seru Henny, Rabu (23/4/2025).
Henny menegaskan, perempuan turut menjadi faktor kemajuan bangsa ini. Peran penting perempuan dalam sebuah peradaban tak boleh diabaikan.
“Jadi jangan abaikan perempuan, karena peradaban bangsa ini juga ada di tangan perempuan. Perempuan itu sepenting itu,” tegasnya.
Akademisi Hubungan Internasional UB itu menjelaskan, gender itu mengarah ke pembagian antara laki laki dan perempuan yang dibangun secara sosial. Namun sayangnya, laki-laki dianggap lebih unggul dilingkungan yang patriarkis.
“Sehingga pembagian gender dalam beberapa hal lebih menguntungkan laki laki dibandingkan perempuan. Idealnya kesetaran gender antara laki laki dan perempuan harus memberikan keadilan yang sama,” ujarnya.
Alumni University of Portsmouth itu menambahkan, kesetaran berarti perempuan dan laki-laki memiliki hak, kewajiban, akses, manfaat serta partisipasi yang sama. Di masa kini, kesetaran gender di lingkup pendidikan sudah mulai setara, karena perempuan memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan.
Meski demikian, masih terdapat stigma tetkait dominasi laki-laki atau perempuan pada bidang tertentu. Seperti, bidang keperawatan diidentikkan hanya perempuan dan bidang teknik mesin hanya laki-laki.
Henny lantas membagikan pengalamannya dalam menjalani masa kuliah, dirinya menganggap pendidikan dan keluarga sama pentingnya. Ia menyelesaikan pendidikan S2 di di Nagoya University, Jepang dan S3 di University of Portsmouth, Inggris.
“Saya harus membawa anak keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan. Sedangkan saat itu, suami saya sedang melanjutkan pendidikan di IPB University,” kata dosen FISIP UB itu.
Lebih lanjut, Henny membagikan inspirasi dari kisah perjuangan RA Kartini bagi perempuan masa kini. Perempuan tetap berupaya memperjuangkan hak-haknya untuk menempuh pendidikan sembari menjalankan perannya sebagai seorang ibu, istri dan anak perempuan.
“Kartini muda memiliki keberanian dan keyakinan pada pemikirannya sendiri untuk membawa perubahan dan menginspirasi masyarakat. Jadi mahasiswa dan mahasiswi harus berani untuk membuktikan bahwa keberadaan mereka dapat memberikan dampak yang positif bagi kemajuan bangsa,” pungkasnya. (ws13/rhd)