Begini Alasan Gatot Nurmantyo Sakit Hati Sikap Pemerintah

Gatot Nurmantyo. (ist)

Jakarta, SERU.co.id – Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo turut hadir dalam deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Gatot kembali muncul setelah lama tak terlihat sejak tahun 2017.

Usai hadir dalam acara deklarasi KAMI, malam harinya Gatot hadir di acara Indonesia Lawyer Club (ILC). Ia menyatakan bahwa dirinya telah melakukan perenungan sejak 2017. Dalam perenungan tersebut, ia terkejut dengan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP).

Bacaan Lainnya

“Saya terkejut begitu ada RUU HIP. Terkejutnya begini, bahwa saya, 38 tahun yang lalu pernah bersumpah. Isi sumpahnya, ‘Demi Allah saya bersumpah akan selalu setia kepada Negara Kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” seru Gatot Nurmantyo.

Ia mengungkapkan alasannya turut ambil bagian dalam KAMI. Menurutnya, dirinya masih terikat akan sumpah, meski telah pensiun dari TNI. Ia harus bangkit sebagai bentuk pertanggungjawaban akan sumpahnya, jika dasar negara yang telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diubah.

Gatot mengaku sakit hati dengan kondisi yang terjadi sekarang, yang dapat menyebabkan pembekuan hubungan antara pemerintah dengan rakyat.

“Ini semuanya memang kita sakit hati. Sakit hatinya adalah dalam kondisi seperti ini. Maka kita bersama-sama menyampaikan suara hati nurani rakyat,” masygul Gatot.

Karena adanya COVID-19 terjadi proses pembekuan, misal antara murid dengan guru, antara mahasiswa dengan dosen, antara manajer dengan pekerja, antara pemilik hotel dengan tamu, proses pembekuan. Akumulasi ini bisa terjadi pembekuan hubungan antara rakyat dengan pemerintah.

“Kita tidak mau dalam kondisi seperti ini, kita diam-diam saja. Ini latar belakangnya. Dan KAMI pun menyampaikan, kalau kita hanya menyampaikan hal-hal kondisi nyata dan tuntutan harus ada solusinya, karena negara kita luar biasa,” lanjut Presidium KAMI ini.

Sebelumnya, saat hadir di acara deklarasi KAMI, Gatot mengeluhkan sikap pemerintah yang menggampangkan penanganan Covid-19 dan lebih memikirkan penanganan hal lain.

“Respon terhadap ancaman ini dipenuhi sikap menggampangkan. Bahkan lebih fokus pada kepentingan lain yang bisa lebih dulu dikesampingkan,” seru mantan Panglima TNI berbintang 4 tersebut.

Ia menambahkan, negeri ini bisa terlepas dari kesulitan, karena memiliki kekayaan yang melimpah. Hal tersebut dapat menjadi modal untuk bebas dari kesulitan.

“Indonesia memiliki seluruh potensi untuk menjadi negara maju. Itu artinya Indonesia akan lepas dari segala kesulitan,” imbuhnya.

Pos terkait