Malang, SERU.co.id – Meski sudah menyandang gelar Profesor sejak turunnya SK guru besar tahun 2015, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP akhirnya secara resmi dikukuhkan, Kamis (13/2/2025). Penasihat Presiden bidang Haji Republik Indonesia ini, akan menyampaikan orasi ilmiah dalam pidato pengukuhan guru besarnya di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (UM). Dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi Pendidikan Luar Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM).
Kiprah dan kontribusi Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP tak perlu diragukan lagi bagi kemajuan pendidikan dan bangsa Indonesia ini. Di antaranya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia pada 2016-2019; Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Menko PMK) pada 2019-2024.
“Sebetulnya soal waktu saja, saat SK turun tidak berselang lama, saya dipanggil pak Jokowi untuk membantu beliau menjadi Mendikbud dalam Kabinet Kerja. Waktu itu saya sudah didorong Rektor UM Prof Suparno, namun tidak memungkinkan saya setengah-setengah, karena saya selalu totalitas dalam segala hal. Setelah tidak jadi menteri, namun masih jadi penasihat Presiden Prabowo, baru saya punya waktu menyelesaikannya,” seru Prof Muhadjir, sapaannya, usai gladi bersih, Rabu (12/2/2025).
Sidang Terbuka Pengukuhan Guru Besar Prof Dr Muhadjir Effendy MAP. (foto: ist)
Menurutnya, pidato pengukuhan bukanlah keharusan, sehingga ketika belum pidato, bukan berarti Profesor-nya gagal. Prof Muhadjir menyatakan, momen saat ini tepat, sebab dirinya bisa pidato laporan apa saja yang selama ini telah dikerjakannya. Sekaligus bentuk tanggung jawab moral kepada UM, atas implementasi keilmuan yang benar-benar telah dilaksanakan kepada masyarakat dan negara.
“Jika pidato saya di awal, mungkin isinya tentang bagaimana saya bisa mencapai profesor dan metode yang saya lakukan. Tetapi ketika saya selesai melaksanakan apa saja yang telah saya implementasikan, itu bentuk tanggung jawab terhadap sivitas akademika UM,” ucapnya, yang akan memasuki masa pensiun tinggal setahunan.
Tak hanya sebagai menteri, Prof Muhadjir juga telah berkiprah lama di dunia pendidikan, termasuk sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama tiga periode. Tentunya dengan segala inovasi dan inovasi dalam dunia pendidikan, hingga menjadi barometer pendidikan di kalangan Muhammadiyah dan lainnya. Hingga akhirnya membawanya ke panggung nasional dan memegang amanah penting untuk Indonesia.
Seorang Muhadjir Effendy dikenal sebagai sosok yang memiliki peran signifikan dalam berbagai kebijakan pendidikan di tanah air. Dengan latar belakang akademik dan pengalaman panjang di dunia pendidikan, Muhadjir membawa berbagai inovasi untuk meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan di Indonesia.
Selama masa kepemimpinannya, Muhadjir menggagas beberapa kebijakan strategis, salah satunya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017. Program ini unggul pada pembangunan karakter siswa melalui pendekatan berbasis sekolah, keluarga, dan masyarakat. Selain itu, ia juga memperkenalkan sistem zonasi pendidikan guna memastikan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh daerah.
“Pendekatan zonasi tidak hanya digunakan untuk PPDB saja, tetapi untuk membenahi berbagai standar nasional pendidikan. Mulai dari kurikulum, sebaran guru, hingga kualitas sarana prasarana,” kata Muhadjir, di salah satu kesempatan.
Muhadjir turut mempercepat distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP) dengan kebermanfaatan bagi 18,69 juta siswa, sebagai bagian dari Program Indonesia Pintar (PIP). Revitalisasi pendidikan vokasi sebagaimana diamanatkan Inpres Nomor 9 Tahun 2016 untuk meningkatkan daya saing lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di dunia kerja.
Di bawah kepemimpinannya, Muhadjir berhasil membawa Indonesia ke panggung internasional sebagai Presiden Southeast Asian Ministers for Education Organization (SEAMEO) pada 2017-2019. Dalam kepemimpinannya, ia berkomitmen terus berkontribusi dalam kemajuan pendidikan, sains, dan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
Di tingkat nasional, ia juga mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui berbagai ajang. Seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI), Festival Literasi Sekolah (FLS), dan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI). Kebijakan ini membuktikan dedikasinya dalam menyiapkan generasi unggul yang siap bersaing di tingkat global.
Berbagai kebijakan yang diterapkan Muhadjir terus menjadi fondasi pendidikan Indonesia hingga saat ini. Berkat kerja kerasnya, Muhadjir juga meraih penghargaan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Joko Widodo. Ia meninggalkan jejak yang kuat dalam upaya pemerataan pendidikan, peningkatan kualitas guru, serta penguatan karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Di sisi lain, selama mengemban tugas sebagai Menko PMK, Muhadjir telah banyak menorehkan pencapaian dan penghargaan bergengsi. Dalam kepemimpinannya, Kemenko PMK berhasil menurunkan prevalensi stunting di tanah air. Indonesia berhasil mengurangi angka stunting sebesar 9,3 persen dalam lima tahun terakhir.
Prevalensi stunting turun tajam dari 30,8 persen pada tahun 2018 (Riskesdas) menjadi 21,5 persen pada tahun 2023. Hal itu tak lepas dari strateginya, seperti distribusi alat kesehatan standar ke posyandu dan puskesmas. Serta pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita.
Program menarik lainnya, Pengukuran dan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting pada Juni 2024. Dalam program tersebut, lebih dari 300.000 posyandu terlibat, dengan lebih dari 16 juta balita berhasil diukur. Program ini diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.
Kebijakan Muhadjir dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia tercermin dalam hasil yang dicapai dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus meningkat. Pada tahun 2019, IPM Indonesia tercatat sebesar 71,92 poin, yang kemudian meningkat 74,39 poin pada tahun 2023. Ini menunjukkan hasil positif dari berbagai kebijakan pemerintah yang berfokus pada sektor pendidikan, kesehatan, dan peningkatan standar hidup yang layak.
Kiprah panjang Muhadjir sebagai Mendikbud dan Menko PMK juga mengantarkannya pada sederet penghargaan. Di antaranya:
– Pioneer of National Education and Social Empowerment Pasca Award (2024),
– Tanda kehormatan Lencana Jer Basuki Mawa Beya (2024),
– Penghargaan Extraordinary Attention Towards The Welfare Of The Young Generation (2024),
– Anugerah Parahita Ekapraya (APE) (2020),
– Tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Joko Widodo (2020),
– Penghargaan Best Ministers Obsession Award (2020),
– Tokoh Penggerak Local Heroes, hingga
– UNESCO-Hamdan bin Rashid Al-Makhtoum (2020).
Melalui berbagai pencapaian ini, Muhadjir telah membuktikan dedikasi dan kontribusinya dalam memajukan pendidikan dan pembangunan manusia Indonesia. Membangun sistem yang lebih inklusif dan membangun manusia unggul untuk menyiapkan generasi emas 2045 yang kompetitif di era globalisasi.
Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr Hariyono MPd menyampaikan, apapun yang telah dilakukan oleh Prof Muhadjir, sangat membanggakan institusi yang menaunginya. Baik di Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Muhammadiyah Malang, hingga kementerian dan penasihat Presiden Prabowo.
“Apapun itu, karena Prof Muhadjir itu orang UM, yang dikaryakan di UMM dan institusi negara lainnya (kementerian dan lain-lain). Hal ini menunjukkan UM bermanfaat bagi banyak orang, hingga negara Indonesia,” ungkap Prof Hariyono, diamini mantan Rektor UM dua periode sebelumnya, Prof Dr AH Rofi’uddin MPd. (rhd)