Malang, SERU.co.id – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) terus mengukuhkan perannya dalam globalisasi industri berbasis budaya. Kali ini, FIB UB menerima kunjungan akademik dari Peking University, Tiongkok, guna menjajaki kerja sama strategis di bidang industri budaya.
Dipimpin oleh Prof Dr Yong (Hardy) Xiang, Dekan Institute for Cultural Industries, rombongan beranggotakan 12 mahasiswa Peking University menjalani serangkaian agenda eksplorasi budaya di Malang Raya selama sepekan, (3-9/2/2025).
Dekan FIB UB, Hamamah PhD mengatakan, selama kunjungan, rombongan tak hanya berdiskusi dalam forum akademik. Namun juga terjun langsung ke sentra industri budaya di Kota Malang. Salah satu sorotan utama adalah kunjungan ke Kampung Budaya Polowijen (KBP), Rabu (5/2/2025).
“Di sana, mereka disambut dengan pertunjukan Tari Gambyong dan Tari Topeng Malang. Dibawakan oleh mahasiswa UKM Sansekerta Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah magang kesenian di KBP,” seru Hamamah.
Tak hanya menonton, para mahasiswa Peking University juga mendapatkan pengalaman budaya yang autentik. Mulai dari praktik cethik geni di tungku, memahami konsep pawon tradisional, mencicipi makanan khas Malang hingga mewarnai topeng Malangan. Hal tersebut sebagai bagian dari pengenalan karakter budaya lokal.
Sebelum ke KBP, rombongan terlebih dahulu mampir ke Batik Soendari untuk belajar membatik secara langsung dan memahami bagaimana industri kreatif berbasis budaya berkembang di Malang. Mereka juga mengunjungi Kampung Heritage Kajoetangan, menyusuri rumah-rumah bersejarah.
Kemudian berdiskusi dengan Ketua Pokdarwis dan sejarawan Kota Malang, FX Dominic BB Hera (Sisco) tentang potensi industri budaya di kawasan tersebut.
“Kerja sama dengan Peking University merupakan langkah strategis untuk membawa industri budaya Indonesia ke tingkat global. Kami ingin masuk dalam jaringan mereka, termasuk organisasi di bawah UNESCO yang berfokus pada industri budaya. Kolaborasi ini akan mencakup penelitian bersama, pembinaan desa budaya, hingga keterlibatan mahasiswa dalam praktik langsung industri kreatif,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Prof. Hardy menyoroti besarnya potensi kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok dalam pengembangan industri berbasis budaya.
“Indonesia memiliki sumber daya budaya yang luar biasa dan merupakan mitra strategis bagi Tiongkok. Kolaborasi ini bisa mencakup digitalisasi budaya, industri film, hingga pengembangan platform bersama untuk industri kreatif. Saya yakin hubungan budaya antara kedua negara akan semakin erat di masa depan,” ujarnya.
Ia juga menekankan, kerja sama ini akan melahirkan berbagai inisiatif nyata. Seperti konferensi internasional, publikasi akademik bersama, serta workshop bagi mahasiswa dan profesional di bidang industri budaya.
Melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani, FIB UB dan Peking University berkomitmen untuk terus membangun proyek bersama yang berkelanjutan. (afi/ono)