Jember, SERU.co.id – Danau yang terbentuk secara alami di wilayah selatan Lereng Pegunungan Argopuro, Desa Suci, Kecamatan Panti, Jember, yang akrab disebut Danau Tunjung, saat ini dalam kondisi mengkhawatirkan.
Diketahui oleh para relawan bencana Jember, Danau Tunjung dikhawatirkan jebol karena munculnya retakan. Dari temuan ini, diharapkan segera dilakukan upaya mitigasi bencana guna meminimalisir dampak terjadinya bencana banjir bandang, seperti kejadian serupa yang pernah terjadi pada tahun 2006 lalu.
Hal ini disampaikan oleh Anggota Pecinta Alam dan Relawan Jember, Matiyas Catur Wibowo.
“Jadi, saat tim kami sedang melakukan kegiatan monitoring satwa di Kawasan Lereng Selatan Pegunungan Argopuro, sekitar 20-25 Desember 2024 lalu, kami mendapati adanya retakan tanah di bawah Danau Tunjung,” seru Matiyas saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Rabu (5/2/2025).
“Gambaran awal yang kami temukan bersama tim saat itu di sisi lereng selatan Pegunungan Argopuro, posisinya dari Cikasur kami turun ke arah Danau Tunjung. Danau Tunjung itu berada kurang lebih di ketinggian 1.800 mdpl. Retakan tanah di bawah Danau Tunjung itu mengarah ke aliran Kali Putih, yang berada di wilayah Jember,” sambung pria yang akrab disapa Cak Blendez itu.
Baca juga: Sistem Satu Arah di Wilayah Kampus Jember Dihentikan, Dishub Lakukan Evaluasi
Ia menjelaskan bahwa retakan tanah yang dimaksud diketahui memiliki panjang kurang lebih 200-300 meter, dengan lebar 20-30 cm dan kedalaman 50-60 cm. Sehingga, retakan tanah tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan jebolnya Danau Tunjung. Di bawahnya, juga ditemukan banyak danau-danau kecil yang biasanya tidak pernah ada.
Dari pantauan yang dilakukan, lebih lanjut Cak Blendez menjelaskan bahwa dirinya saat itu juga bersama dengan petugas dari BKSDA setempat.
“Kondisi Danau Tunjung, serta danau-danau kecil di bawahnya, ada sekitar lima danau yang sebelumnya belum ada. Itu dimungkinkan karena kondisi tanah berubah dan menurun, sehingga menyebabkan cekungan-cekungan alami yang ada di bawah Danau Tunjung,” jelasnya.
“Kemudian, kami melihat dari citra satelit dan juga memprediksi. Saat ini, kondisi Danau Tunjung seluas kurang lebih 3,6 hektare (Ha) dengan kedalaman air kurang lebih 2,5-3 meter. Kondisi ini disebabkan oleh debit air hujan yang cukup tinggi,” sambungnya.
Baca juga: Diskopum Jember Imbau Pelaku Usaha Mikro Tunjukkan NIB saat Beli Gas 3 Kg Lebih dari 1 Tabung
Dari pengamatan, peninjauan, dan perhitungan secara matematis, lebih jauh Cak Blendez menjelaskan bahwa dengan luasan Danau Tunjung saat ini, debit air yang ditampung cukup banyak.
“Air yang ditampung di Danau Tunjung itu kurang lebih 90 juta meter kubik (90 miliar liter). Namun, data ini masih terus diperbarui. Dengan adanya retakan yang saya sampaikan tadi, kami dan tim mengkhawatirkan bukan hanya soal airnya meluber, tetapi air itu akan masuk ke dalam retakan dan dikhawatirkan akan menyebabkan jebol,” ulasnya.
Sehingga, jika Danau Tunjung jebol, menurut pria yang juga lulusan Fakultas Teknik Universitas Jember itu, berpotensi terjadi bencana banjir bandang yang pernah terjadi pada tahun 2006 lalu.