Sentimen Global Tekan Rupiah di Awal 2025, Dolar AS Nyaris Tembus Rp16.400

Sentimen Global Tekan Rupiah di Awal 2025, Dolar AS Nyaris Tembus Rp16.400
Dolar AS-Rupiah Indonesia per Sabtu pukul 18.09. (foto: ist)

Jakarta, SERU.co.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergejolak tajam sepanjang Januari 2025, dipicu oleh kombinasi sentimen global yang kurang bersahabat. Dolar AS sempat menyentuh level Rp16.360/US$ pada 17 Januari, menandai titik tertinggi bulan ini. Kenaikan ini tepat sebelum pelantikan Presiden AS terpilih, Donald Trump.

Kenaikan nilai tukar dolar AS dipengaruhi oleh kecemasan pasar terhadap kebijakan proteksionis Trump. Trump berjanji menerapkan tarif impor antara 10–20 persen untuk semua barang dan hingga 60 persen untuk barang asal China. Trump juga mengancam tarif 25 persen untuk Kanada dan Meksiko jika gagal mengendalikan aliran narkoba dan imigrasi ilegal.

Selain itu, situasi geopolitik di Timur Tengah yang memanas menambah ketidakpastian. Inflasi AS juga menunjukkan tren kenaikan, mencapai 2,9 persen pada Desember 2024, naik dari 2,7 persen di bulan sebelumnya. Hal ini meningkatkan ekspektasi The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, mendorong penguatan dolar AS.

Trump bahkan mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara BRICS untuk tidak menggantikan dolar sebagai mata uang cadangan global.

“Negara yang mencoba mengganti dolar akan menghadapi tarif 100 persen,” seru Trump di Truth Social seperti dikutip dari Reuters.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, per 30 Januari, rupiah ditutup di level Rp16.255/US$, sebelum dibuka sedikit melemah di Rp16.260/US$ pada keesokan harinya. Di tengah tekanan ini, investor global cenderung melakukan aksi jual di pasar saham Indonesia, dengan nonresiden mencatatkan jual neto Rp820 miliar. Terdiri dari Rp400 miliar di pasar saham dan Rp430 miliar di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Di sisi lain, harga emas melonjak sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global. Emas Antam mencatat rekor tertinggi di Rp1.624.000/gram, naik Rp4.000 per gram. Harga buyback emas juga naik ke Rp1.475.000/gram. Kenaikan ini sejalan dengan tren emas global yang diperdagangkan di US$2.801/troy ons, menguat 0,25 persen secara harian dan 1,07 persen dalam sepekan.

Meskipun BI berupaya menjaga stabilitas, volatilitas global yang tinggi menjadi tantangan berat. Arus keluar modal asing signifikan, terutama di pasar saham, menunjukkan sentimen hati-hati investor terhadap risiko global.

Dengan kebijakan Trump yang semakin agresif, ketegangan geopolitik yang belum mereda dan inflasi AS yang tinggi, tekanan terhadap rupiah diperkirakan berlanjut. Di sisi lain, kenaikan harga emas menunjukkan kecenderungan pasar global beralih ke aset yang lebih aman. (aan/mzm)

Pos terkait