Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) menjalin kerja sama strategis untuk mengembangkan Magnetic Data Acquisition System (Magdas). Teknologi ini bertujuan memantau perubahan iklim global dan mitigasi bencana alam. Program ini menegaskan peran UB sebagai pusat penelitian teknologi canggih.
Pakar Mitigasi Bencana UB, Prof. Sukir Maryanto mengungkapkan, stasiun Magdas di Cangar, Kota Batu, berfokus pada mitigasi gempa tektonik dan vulkanik. Ia menambahkan, proyek ini memiliki dampak signifikan dalam penelitian mitigasi bencana.
“Pengembangan Magdas terintegrasi dengan jaringan global, sehingga memperkuat penelitian dan kolaborasi internasional,” seru Prof Sukir, sapaannya dalam keterangan resminya kepada SERU.co.id, Kamis (26/12/2024).
Proyek ini dimulai pada Maret 2024 dengan melibatkan tim dari Kyushu University, Jepang, dan Mesir. Pada 2025, sensor magnetometer induksi dari Nagoya City University akan dipasang di lokasi penelitian. Dua perangkat utama, yaitu Magnetometer Fluxgate 3D dan sensor seismik, telah diinstal di Stasiun Cangar.
Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mempelajari hubungan antara fenomena di Bumi dan luar angkasa. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan ilmu mitigasi bencana berbasis teknologi.
“Kami berharap, Magdas dapat membantu prediksi dan mitigasi bencana alam, sehingga meningkatkan keselamatan masyarakat,” imbuh Prof Sukir.
Kolaborasi ini melibatkan lembaga internasional seperti i-SPES dari Kyushu University, Jepang, dan NRIAG, Mesir. Selain itu, universitas di Malaysia turut ambil bagian dalam proyek ini. Kerja sama ini semakin memperkuat posisi UB dalam jaringan penelitian global.
Pengembangan Magdas juga membuka peluang besar bagi mahasiswa UB untuk berkolaborasi dalam penelitian internasional. Sejumlah mahasiswa S2 dari BRIN bahkan telah dilibatkan dalam proyek ini. Proyek ini menjadi wadah untuk mengasah kemampuan akademik dan penelitian mereka.
Dengan teknologi Magdas, UB menunjukkan komitmen nyata dalam pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat. Inisiatif ini tidak hanya relevan untuk mitigasi bencana, tetapi juga mencerminkan upaya UB dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
(ws12/mzm)