Malang, SERU.co.id – Pj Wali Kota Malang ingin mendengar masukan serta usulan dari kelompok rentan, lansia dan difabel. Ia juga mengajak agar seluruh kelompok rentan dapat memahami potensi risiko dan dampak dari bencana.
Pj Wali Kota Malang, Dr Ir Wahyu Hidayat MM menyampaikan, segala masukan dan saran dari kelompok rentan seperti lansia dan disabilitas nantinya akan ditindaklanjuti sebagai kebijakan.
“Saya berharap sosialisasi ini dapat menjaring masukan yang disampaikan. Masukan dan usulan yang ada akan ditindaklanjuti melalui Musrenbang tematik sebagai bentuk dan upaya perencanaan pembangunan yang berkelanjutan,” seru Pj Wali Kota Malang saat Sosialisasi dan Edukasi Rawan Bencana Tematik di Hotel Ijen Suite, Selasa (11/6/2024).
Wahyu Hidayat menekankan, pentingnya pemahaman tentang potensi, resiko dan dampak terjadinya bencana. Terlebih seperti kelompok rentan, hal ini untuk meminimalisir dampak seperti adanya korban jiwa.
“Butuh langkah bersama dalam membangun komitmen untuk penanggulangan dan penanganan bencana di Kota Malang. Khususnya bagaimana saudara-saudara sekalian mengetahui apa saja potensi, resiko dan dampak yang timbul akibat bencana,” terang orang nomor satu di jajaran Pemerintah Kota Malang.
Selaras, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Prayitno memaparkan, ada target dari sosialisasi dan edukasi rawan bencana tematik. Target tersebut yakni pemahaman teknis kebencanaan.
“Ada sekitar 3000 difabel di Kota Malang, target kami kelompok rentan baik difabel dan lansia mendapatkan pemahaman tentang teknis kebencanaan. Karena perlakuan khusus saat tanggap darurat itu berbeda, selain itu kami juga ingin mendengar apa yang menjadi harapan dari kelompok rentan,” ucapnya.
Saat ini, BPBD Kota Malang telah menyediakan alat di masing-masing kecamatan, sehingga bisa cepat dan tanggap saat terjadi bencana. Pada sosialisasi ini ada 137 peserta, 75 lansia, 57 difabel yang terbagi dari kelompok tunarungu, tunanetra dan cacat fisik.
“Kita hindarkan kelompok rentan menjadi tertinggal, jangan sampai mereka sudah lansia, difabel malah tidak prioritas. Mereka harus didahulukan evakuasi dan lebih cepat penanganannya. Jadi tidak hanya sumber daya manusia tapi juga sarana dan prasarananya kita siapkan di masing-masing kecamatan,” tambahnya.
Sementara, salah satu peserta lansia, Adi Sukanto (59) Kecamatan Blimbing mengapresiasi dengan adanya kegiatan ini. Ia berharap Kota Malang menjadi kota yang ramah lansia dan difabel.
“Kegiatan ini jarang dan ini hal yang bagus untuk kelompok rentan, jadi kita bisa tahu bagaimana, seperti apa saat sebelum dan ada bencana. Mereka (lansia dan difabel, red) harus diperhatikan, harapannya Kota Malang menjadi kota yang ramah lansia dan difabel. Jadi tidak ada lansia atau disabilitas yang terlantar dan tidak tertangani oleh daerah,” pungkasnya. (ws11/rhd)