Target 20 Persen, UB Kukuhkan Empat Gubes dari FP FISIP FEB

Empat guru besar dari FP FISIP FEB. (ist) - Target 20 Persen, UB Kukuhkan Empat Gubes dari FP FISIP FEB
Empat guru besar dari FP FISIP FEB. (ist)

Malang, SERU.co.id – Menargetkan 20 persen dosen bergelar Profesor, Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan 4 (empat) guru besar sekaligus, Rabu (21/2/2024). Di antaranya Prof Dr lr Sitawati MS (FP), Prol Dr Ali Maksum MAg MSi (FISIP), Prof Dr lr Nur Edy Suminarti MS (FP) dan Prof Dr Wuryan Andayani SE Ak MSi (FEB).

Prof Dr Ir Sitawati MS
Prof Dr Ir Sitawati MS, dikukuhkan sebagai profesor pada bidang Ilmu Hortikultura. Prof Dr lr Sitawati MS merupakan Profesor aktif ke-33 di Fakultas Pertanian (FP) dan Profesor aktif ke-208 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi Profesor ke-371 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.

Bacaan Lainnya

Prof Dr Ir Sitawati MS membacakan naskah pidato berjudul “Hortikultura Lanskap Model 3E (Estetika-Ekologis-Ekonomis) sebagai Solusi Kenyamanan Lingkungan Perkotaan.” Hortikultura Lanskap merupakan bagian dari ilmu Hortikultura yang khusus mempelajari tentang penataan tanaman untuk mengatur dan mendapatkan lingkungan yang estetik.

Sementara Hortikulura Lanskap Model 3E (Estetika-Ekologis-Ekonomis), merupakan pengembangan dari hortikultura lanskap yang menambahkan nilai ekologis dan ekonomis. Hortikultura Lanskap 3E menjadi penting, mengingat saat ini populasi penduduk di perkotaan meningkat dengan perkiraan sekitar 53 persen penduduk bertempat di perkotaan.

“Maka kebutuhan lingkungan tidak hanya estetika dengan tampilan bentuk, struktur vegetasi dan arsitektur tanaman yang indah, namun juga ekologis dan ekonomis,” seru Prof Sita, sapaan akrabnya.

Pada Hortikultura Lanskap 3E, keberadaan tanaman di perkotaan akan menambah luas Ruang Terbuka Hijau (RTH), menurunkan Urban Heat Island (UHI) dan meningkatkan Temperature Humidity Index (THI). Sehingga akan memberikan kenyamanan bagi penduduk di perkotaan daripada Hortikultura Lanskap yang hanya menampilkan keindahan.

“Disisi lain, dengan populasi urban yang tinggi, keterbatasan lahan dan kebutuhan ekonomi yang kompetitif. Hortikultura Lanskap 3E dengan pemilihan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi, akan memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Khususnya di daerah urban yang mempunyai keterbatasan ekonomi,” tandasnya.

Prof Dr Ali Maksum MAg MSi
Prof Dr Ali Maksum MAg MSi, dikukuhkan sebagai profesor pada bidang Sosiologi. Prof Dr Ali Maksum MAg MSi merupakan Profesor aktif ke-4 di Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik (FlSlP) dan Profesor aktif ke-209 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi Profesor ke-372 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya (UB).

Prof Dr Ali Maksum MAg MSi mengangkat naskah pengukuhan profesornya berjudul “Model Transformasi Sosial Profetik Untuk Masyarakat Sipil Berkeadaban.” Dirinya menyampaikan, model transformasi sosial profetik muncul sebagai respon atas kegelisahan kondisi sosial. Persoalan fragmentasi sosial, kesenjangan, konflik, dan krisis lingkungan hidup di basis akar rumput mendesak untuk ditemukannya solusi aktual dan implementatif.

“Kejadian di akar rumput sejak lahirnya Reformasi, dimulai dari kontestasi politik yang telah mempolarisasi masyarakat pada dimensi politik dan ekonomi. Selain itu, kesenjangan ekonomi di Indonesia yang dilaporkan World Inequality Report pada tahun 2022 yang tidak berubah selama dua dekade terakhir,” jelas Prof Ali Maksum, sapaannya.

Respon atas persoalan tersebut hadir dalam gagasan model transformasi sosial profetik. Model transformasi ini beranjak dari refleksi kritis dan elaborasi konsepsi antara transformasi sosial dan nilai profetik.

Unsur-unsur pembentuk model ini terdiri dari integrasi antara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat sipil dan nilai-nilai profetik. Unsur-unsur tersebut dapat bekerja secara baik, apabila didukung oleh pilar-pilar perubahan yang terdiri dari tiga elemen: struktur, kultur, dan agen pada dimensi sosial makro, meso, dan mikro.

“Melalui model transformasi ini diharapkan terbangun relasi sosial masyarakat sipil yang berkeadaban,” tegasnya.

Kelebihan model transformasi sosial profetik terletak pada optimalisasi nilai moral dan spiritual, menggunakan pendekatan holistik, dan memerlukan kolaborasi masyarakat sipil dan negara. Sedangkan kelemahannya, terletak pada masih kuatnya konservatisme agama dan budaya, keberagaman isu masyarakat sipil. Dimana tidak setiap pemimpin maupun individu menerima nilai-nilai profetik.

Empat guru besar dari FP FISIP FEB. (ist)

Prof Dr lr Nur Edy Suminarti MS
Prof Dr lr Nur Edy Suminarti MS, dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-34 di Fakultas Pertanian (FP) dan Profesor aKif ke-210 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi Profesor ke-373 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya (UB).

Prof Dr lr Nur Edy Suminarti MS mengusung pidato pengukuhan berjudul “Metode PM-BWEB Untuk Pengembangan Tanaman Talas Dompol Di Lahan Kering.” Menurutnya, umbi talas sebagai bahan pangan fungsional, terutama untuk penderita diabet. Tanaman talas dompol biasanya ditanam petani pada awal musim penghujan dengan mengikuti budaya lokal menggunakan sistem kalender pranoto-mongso tradisional (PMT).

Adanya perubahan iklim global menyebabkan metode PMT ini kurang akurat, karena indikator untuk penentuan waktu tanam tidak muncul kembali. Oleh karena itu, diperlukan data iklim untuk menyusun analisis neraca air yang akan digunakan sebagai penentu waktu tanam. Data iklim diakses melalui website BMKG, yang kemudian disebut sebagai metode pranoto-mongso berbasis website (PM-bweb).

“Metode pranoto-mongso yang berbasis website (PM-bweb) merupakan salah satu metode yang perlu dikembangkan di era perubahan iklim global saat ini. Dimana penentuan musim tanamnya didasarkan pada analisis neraca air,” terangnya.

Keunggulan dari metode pranoto-mongso web (PM-bweb) adalah membantu dan mendorong pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif. Informasi mudah didistribusikan, lebih murah dan lebih powerfull, mudah di up-date, akses informasi lebih mudah, mudah pengembangannya, dan lebih aman. Kelemahannya, yakni diperlukan jaringan internet untuk dapat mengakses data melalui website, jaringan internet belum tersedia pada semua wilayah di Indonesia, dan lainnya.

“Harapan diterapkannya metode PM-bweb ini, agar petani dapat menentukan waktu tanamnya sendiri secara tepat. Petani dapat menentukan jenis komoditas yang akan ditanam sesuai hasil analisis neraca airnya. Sehingga kegagalan panen dapat dihindari, produktivitas tanaman dapat ditingkatkan, dan program ketahanan pangan segera dapat terwujud,” tandasnya.

Prof Dr Wuryan Andayani SE Ak MSi
Prof Dr Wuryan Andayani SE Ak MSi, dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-29 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Profesor aktif ke-211 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi Profesot ke 374 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya (UB).

Dalam pidato pengukuhan, Prof Dr Wuryan Andayani SE Ak MSi mengusung judul: “Octuple Bottom Line (OBL) Sebagai Instrumen Untuk Mendukung Terciptanya Keberlanjutan Kesejahteraan Bumi Dan Manusia.” Menurutnya, model keberlanjutan OBL merupakan sinergi dari Sustainable Development Goals, Triple Bottom Line (People, Planet, Profit/3P) dan Pentuple Bottom Line (2P, Phenotechonology, Prophet).

Pembangunan tidak hanya difokuskan pada pencapaian ekonomi, tetapi harus memperhatikan 8 (delapan) pilar pembangunan berkelanjutan lainnya. Nilai-nilai Octuple Bottom Line yang merupakan 8 (delapan) pilar Pembangunan berkelanjutan, meliputi people, planet, profit, phenotechnology, prophet, power, peace-loving dan partnership.

“Delapan pilar pembangunan berkelanjutan melibatkan pencapaian ekonomi, sosial, lingkungan, kesadaran akan adanya Tuhan, spiritualitas. Pentingnya teknologi informasi, dorongan kekuatan pikiran yang sehat, perdamaian dan keadilan, serta kemitraan,” beber Prof Wuryan, sapaan akrabnya.

Konsep OBL memiliki keunggulan menciptakan strategi Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan mensinergikan pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs dan Pentuple Bottom Line. Sementara kelemahan OBL, membutuhkan konsistensi, kesepakatan bersama dan waktu untuk bisa tercapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Yaitu tahun 2030 dan menuju Indonesia Emas tahun 2045. (rhd)

Pos terkait