Self Harm, Apa dan Bagaimana Solusinya?

Perilaku self harm dapat mengancam jiwa. (ist) - Self Harm, Apa dan Bagaimana Solusinya?
Perilaku self harm dapat mengancam jiwa. (ist)

Malang, SERU.co.id – Isu tentang mahasiswa bunuh diri di Kota Malang tidak hanya menjadi perhatian satu kampus dan pemerintah semata. Berbagai faktor pemicu dan penyebabnya perlu diteliti lebih mendalam. Salah satunya self harm, strategi mengatasi stress dengan menyakiti diri sendiri.

Dosen Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), Dewi Fatmasari Edy SPsi MA mengatakan, kesehatan mental menjadi perihal sensitif. Ada faktor penyebab dan hanya pelaku aksi bunuh diri yang mengetahui alasan pastinya. Namun, informasi bisa digali melalui keluarga, kerabat, ataupun orang terdekat dari pelaku dan data.

Bacaan Lainnya

“Selain bunuh diri, perilaku self-harm juga membutuhkan perhatian khusus, sebuah luapan emosi dengan menyakiti fisiknya. Tindakan tersebut menjadi salah satu bentuk strategi mengatasi stress yang keliru,” seru Dewi.

Baca juga: Waspada Tren “Self Harm” pada Remaja, Segera Cek Tangan Anak Anda

Lebih lanjut, berbagai faktor pemicunya, pertama, faktor kerentanan. Perlu ditelusuri apakah pernah memiliki riwayat serupa sebelumnya. Kedua, kesehatan secara fisik dan mental pelaku. Ketiga, hubungan sosial pelaku dengan lingkungan di sekitar, keluarga, sekolah hingga masyarakat.

“Merespon banyaknya kasus bunuh diri, UM memberikan pelayanan konsultasi kepada sivitas akademik, baik online maupun offline. PBK3 (Pusat Bimbingan Konseling, Karir, dan Kewirausahaan) merupakan fasilitas UM kepada dosen, mahasiswa hingga tendik untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Berbagai kegiatan dilakukan, salah satunya penguatan konselor sebaya dalam Peer Counseling Corner (PCC),” terang Dewi.

Dewi membagikan tips menangani teman dengan kondisi self harm hingga berencana mengakhiri hidupnya. Pertama membuat dia menyadari, ada banyak orang di sekitarnya yang senantiasa peduli dan siap mendengarkan. Support system bagi pelaku self-harm sangat penting ketika self respect– nya sedang menurun.

“Sebisa mungkin hindarkan pelaku dari benda-benda tajam yang berpotensi besar digunakan untuk menyakiti dirinya. Untuk itu penting membangun self awareness, dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada dirinya supaya perilaku membandingkan diri dengan orang lain dapat ditekan seminimal mungkin,” tegasnya.

Baca juga: Self Diagnosis dalam Mengatasi Gangguan Mental Bisa Membahayakan Diri Sendiri

Setelah mengetahui self awareness melalui refleksi, perkuat diri dengan meningkatkan literasi dengan rujukan tepercaya. Langkah berikutnya melakukan pengembangan diri atau self development, menentukan arah maupun tujuan hidup dengan menyadari kekuatan yang dimiliki.

“Mari kita membiasakan diri untuk berefleksi, mampu mengambil hikmah melalui kejadian yang ada. Dari kasus bunuh diri, kita bisa semakin aware terhadap pentingnya melakukan penguatan terhadap diri sendiri. Mari tingkatkan daya survive, adversity, maupun resiliensi diri ketika sedang menghadapi masalah lalu bangkit kembali,” harap Dewi.

Terakhir, dirinya berpesan bagi orang-orang yang sedang mengalami kesulitan menghadapi masalah, jangan ragu untuk meminta bantuan jika memang diperlukan. (Ws10/mzm)

Pos terkait