Waspada Tren “Self Harm” pada Remaja, Segera Cek Tangan Anak Anda

Fenomena Self Harm yang menjadi sorotan Psikolog Sayekti Pribadiningtyas SPsi MPd Psikolog. (ist) - Waspada Tren "Self Harm" pada Remaja, Segera Cek Tangan Anak Anda
Fenomena Self Harm yang menjadi sorotan Psikolog Sayekti Pribadiningtyas SPsi MPd Psikolog. (ist)

Batu, SERU.co.id – Self Harm Atau Self Injury adalah sebuah tindakan melukai kulit atau menyakiti diri sendiri dengan sengaja. Salah satu yang ditampakkan adalah dengan melukai tangan sehingga muncul luka baret mulai dari pergelangan tangan hingga siku.

Miris, fenomena ini sedang menjadi tren di kalangan remaja atau mereka yang dalam usia puber. Psikolog senior, Sayekti Pribadiningtyas S.Psi M.Pd psikolog dari kota Batu memberikan tanggapannya melalui SERU.co.id. Tindakan melukai diri seperti itu bisa terjadi akibat adanya beberapa faktor.

Bacaan Lainnya

“Sebetulnya mereka itu nggak paham atau tidak ada dorongan. Cuma memang ada orang-orang tertentu yang emang bisa melakukan seperti itu. Artinya tidak semua anak yang bermasalah itu ngerti dengan perbuatan tersebut,” serunya.

Baca juga: Cacingan Hambat Kesehatan dan Prestasi Anak, Begini Solusinya

Nining, sapaannya mengatakan, beberapa orang nekat berbuat self harm karena menurutnya hal itu merupakan salah satu cara untuk mengurangi sakit hati yang dialaminya. Akhirnya mereka menganggap adanya kepuasan setelah menyakiti diri sendiri. Lebih parah lagi apabila tindakan self harm itu kemudian di upload ke media sosial.

“Akibatnya anak-anak atau remaja yang lain mengikuti itu seperti sebuah tren untuk menunjukkan bahwa dia memiliki masalah. Itu adalah tren yang tidak sehat,” tuturnya.

Self harm bisa terjadi pada usia remaja yang mungkin sedang mengalami masalah dalam urusan asmaranya. Atau mungkin anak tersebut sedang mengalami masalah dengan orang tuanya. Hal Ini juga bisa terjadi pada anak-anak atau remaja yang merasa benar-benar dibully sehingga merasa tertekan.

“Ketika mereka tidak bisa berkomunikasi dengan orang yang bisa memberi bantuan, apakah itu keluarga ataupun orang lain, atau profesional atau guru bimbingan konseling (BK) nya,” lanjutnya.

Baca juga: Pola Hidup Sehat Sejak Muda, Minimalisir Penyakit Degeneratif Saat Tua

Self harm/self injury juga bisa rawan terjadi kepada anak yang introvert atau tertutup. Mereka mencari pelampiasan dengan menyakiti diri sendiri itu. Perlu dilakukan tindakan konseling agar mengetahui penyebab tindakan yang dilakukan anak tersebut apakah sekedar ikut-ikutan atau ada sebab lainnya.

“Self harm itu perlu dikomunikasikan di sekolah kepada siswa bahwa hal itu merupakan ikut-ikutan tren yang tidak positif,” imbuhnya.

Sayekti juga menambahkan, lembaga pendidikan berkewajiban untuk memberikan penyuluhan kepada murid-murid di sekolah tentang hal ini. Para siswa perlu diberi nasehat bahwa bekas luka baret di tangan itu bisa jadi masalah di kemudian hari. Bisa menimbulkan masalah karena dianggap seorang pemakai Narkoba.

“Selain bisa dianggap seorang pemakai Narkoba, mungkin juga dianggap memiliki masalah kepribadian. Sehingga mereka harus tahu dampaknya di kemudian hari,” pungkasnya. (dik/mzm)

Pos terkait