Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata
Atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar
Dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Lirik lagu ‘Panggung Sandiwara’ tersebut nampaknya berlaku sepanjang zaman menggambarkan peliknya kehidupan, termasuk panggung politik di negeri kita, Indonesia. Pemilu 2024 jadi ajang politik dari para calon legislatif (caleg), calon kepala daerah (cakada), serta calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Meski jadi ajang kontestasi caleg, cakada, dan capres-cawapres, namun yang paling menarik perhatian rakyat sebagai lumbung suara yaitu capres-cawapres. Beragam isu, prediksi hingga survei mewarnai hiruk-pikuk dan dinamika pasangan capres-cawapres.
Pendaftaran capres-cawapres dimulai 19 Oktober 2023 dan akan ditutup pada 25 Oktober 2023. Hingga saat ini, sudah muncul tiga pasangan capres-cawapres yang akan mewarnai episode-episode Pemilu 2024.
Berdasarkan historisnya, diawali pasangan capres-cawapres Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar dengan singkatan AMIN, dideklarasikan di Hotel Majapahit, Surabaya, Minggu (3/9/2023). Kemudian Ganjar Pranowo–Mahfud MD, dideklarasikan di Gedung Arsip Nasional, di Jakarta, Rabu (18/10/2023) malam, namun hingga saat ini belum ada singkatannya. Dan terakhir, pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka, yang sudah diumumkan di kediaman Prabowo, Minggu (22/10/2023) malam, dan rencananya akan deklarasi dalam waktu dekat.
Menilik pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), bukanlah perjalanan serta merta bim salabim langsung jadi. Pasangan yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) gabungan Partai Nasdem, PKB dan PKS ini, diawal sebelum jadi pasangan sempat ‘dijegal’ isu dugaan korupsi. Bahkan banyak pihak menuding kasus pesanan kepada KPK, hingga lembaga antirasuah ini diduga sebagai alat politik bukan lagi penegak hukum.
Dalam upaya penjegalan itu, Anies Baswedan diduga korupsi kasus Formula E. Sementara Muhaimin Iskandar diduga korupsi sistem perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri pada 2012, saat dirinya menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans). Kasus belasan tahun yang dibuka kembali inilah yang mendasari banyak pihak menyoroti ulah KPK jelang Pemilu 2024.
Dengan start lebih awal, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar lebih banyak fokus dalam strategi pemenangan. Baik melalui ‘silahturahmi’ ke beberapa tempat maupun pemantapan program yang akan diusung AMIN. Bahkan keduanya jarang terlihat bareng dalam satu titik silahturahmi yang sama, karena bukan bagian dari kampanye.
Dari sisi pengalaman, Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, miniaturnya Indonesia, boleh disebut sangat berhasil. Sementara Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Partai Kebangkitan Bangsa, dinilai mampu mengayomi dan melindungi para kader bahkan hingga minim polemik.
Merekam perjalanan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dipenuhi lika-liku dan luka. Jauh sebelum dipastikan diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), mantan Gubernur Jawa Tengah ini sempat diabaikan. Hingga beberapa partai meliriknya, sebut saja Nasdem dan PSI untuk dijagokan, hingga akhirnya diperhitungkan PDIP kembali jadi capres.
Sementara, Mahfud MD yang dijadikan cawapres, sangat berhati-hati sebelum pengumuman, tak mau terulang prank peristiwa 5 tahun lalu. Bahkan keluarganya pun diminta diam dan tenang sebelum benar-benar diumumkan saat hari H. Dengan langkah pasti, mantan Ketua MK ini pun akhirnya yakin untuk turut ambil peran di kasta tertinggi pemerintahan.
Pengalaman Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, menjadi amunisi yang cukup untuk maju menjadi capres. Sementara Mahfud MD juga kaya pengalaman dalam beberapa kabinet pemerintahan, sebut saja Menkopolhukam, Ketua MK, Menteri Pertahanan, Menpan-RB definitif dan lainnya.
Pasangan yang diusung koalisi atau gabungan partai PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura ini, cukup layak diperhitungkan. Meski dalam perjalanannya, beberapa pendukung Jokowi dalam tubuh PDIP sepertinya akan ikut migrasi mengikuti langkah Presiden dua periode ini. Tinggal bagaimana koalisi berstrategi -berbekal pengalaman dua kali menang pada Pemilu sebelumnya- untuk merebut suara rakyat.
Mengulas perjalanan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pasangan capres-cawapres ini paling seru, heboh, unik dan banyak drama yang menjadi sorotan dan cibiran netizen. Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) dari Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, dan Garuda, cukup dibuat pusing, hingga akhirnya pilihan cawapres jatuh pada Wali Kota Solo ini.
Pengalaman kalah dua kali di Pilpres 2014 dan 2019 dari Jokowi, Prabowo cukup paham dengan manuver politik yang diambilnya. Dari lawan menjadi kawan, dengan meraih dukungan dari Presiden ke-7 RI, Jokowi dan keluarga, cukup membuat tim pasangan sebelah menjadi ikut pusing dan panik.
Salah satunya debatable terkait Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Dimana menyatakan “berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun” hingga akhirnya dikabulkan MK. Dengan frasa tambahan “atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah”.
Manuver politik ini dinilai banyak pihak loncat pagar, terlalu memaksakan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang berusia 36 tahun menjadi cawapres dari Prabowo. Hingga akhirnya ada beberapa pihak yang memperkarakan batas usia maksimal capres Prabowo. Serta dugaan kolusi nepotisme Presiden Joko Widodo, Ketua MK Anwar Usman, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep.
Terlepas dari konflik, isu dan polemik, pasangan Prabowo-Gibran dinilai cukup mewakili suara semua genre mulai milenial hingga kolonial. Tinggal bagaimana program-program yang diusung keduanya mampu mengakomodasikan kebutuhan rakyat.
Masih tahap pencalonan capres-cawapres saja sudah panas, padahal belum masa kampanye Pemilu 2024 yang dilaksanakan pada 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024. Dari sengitnya persaingan capres-cawapres saja, KPU juga sudah mengatur jadwal kampanye Pilpres jika terjadi putaran kedua pada 2-22 Juni 2024.
Belum lagi ketiga pasangan bakal dipertemukan dalam satu frame episode ‘Debat Terbuka’, rakyat akan disuguhi bagaimana kemampuan masing-masing. Baik kemampuan berbicara, kemampuan berpikir dan memaparkan strategi, menahan emosi hingga bagaimana program tersebut ‘masuk akal’ untuk dilakukan.
Apapun deretan episode ketiga pasangan masing-masing, nantinya hanya akan ada serial panjang berdurasi 5 tahun dari 1 (satu) pasangan capres-cawapres pemenang. Berdasarkan hasil kurasi dari bilik suara yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang.
Atau bisa saja, ada episode bilik suara lanjutan putaran kedua pada 26 Juni 2024. Mungkin saja, kita sebagai rakyat tak akan tahu berapa episode yang akan disuguhkan. Kecuali, mungkin, pemerintah (oligarki) masih dikendalikan oleh pemilik modal.
Siapapun capres-cawapres terpilih, harapannya Indonesia semakin lebih baik dan benar-benar MERDEKA!!!
(rhd)