Malang, SERU.co.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, terus menilik dengan serius permasalah kasus demam berdarah atau DB di Kabupaten Malang. Meskipun mengalami penurunan pasien penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, ironisnya masih ada penderita DB yang tak tertolong. Dimana di awal bulan hingga pertengahan tahun 2023 ini, tercatat ada lima penderita yang meninggal karena kasus tersebut.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Chairiyah menjelaskan, pihaknya tidak bisa memprediksi angka penderita DB, mengingat penyakit tersebut tergolong musiman. Sehingga akan ada kelonjakan pasien pada bulan-bulan tertentu.
“Meski jika dirata-rata ada sekitar 100-an kasus dalam sebulan. Kita tidak bisa memprediksi. Ini karena kasus DBD bisa naik dalam bulan tertentu,” seru Chairiyah.
Chairiyah mengatakan, penurunan dan peningkatan akan terpantau pada bulan-bulan tertentu.
“Kenaikan kasusnya pada bulan tertentu, Januari biasanya mulai naik, Maret turun, April-Mei turun. Lalu naik lagi September, November, hingga puncaknya Februari. Ketika masa kasus turun digencarkan penyuluhan, bahwa masyarakat tidak boleh sampai lengah,” ucapnya.
Dirinya juga menyebutkan, untuk pertahunnya kematian para penderita DB terhitung peresentasinya paling tinggi diangka 0,9 persen.
“Tidak boleh lebih dari satu persen (kematian),” ucapnya.
Chairiyah menjelaskan, di sepanjang tahun 2022 lalu tercatat sebanyak 1.224 kasus pasien DB dan tujuh di antaranya meninggal dunia. Sementara, di tahun ini 2023 rentang Januari hingga 12 Juni didapati data sebanyak 4.35 kasus. Angka tersebut lebih sedikit dibandingkan tahun lalu dengan rentang waktu yang sama, yakni 5.25 kasus.
Melihat dari angka tersebut Chairiyah mengatakan, pihaknya akan terus menghimbau agar masyarakat mewaspadai DBD di lingkungannya. Terlebih kenaikan suhu pada musim kemarau turut, yang mana berpotensi memperbanyak pengembangbiakan jentik nyamuk lebih cepat dibandingkan musim biasanya.
“Karena yang menjadi pemicu adalah gigitan nyamuk. yang jelas harus membudayakan 3M yakni menguras, menutup dan mendaur ulang. Perlu satu rumah satu juru pantau Jumantik nyamuk untuk bisa memberi tahu bahwa harus dibasmi,” ungkapnya.
Dirinya menyebut, untuk karakter penularan kasus demam berdaras sendiri biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk. Dan bakal menyasar mangsa biasanya pada pagi dan sore hari.
Diketahui, rata-rata para penderita yang menjadi nyamuk-yamuk tersebut memiliki rentan umur dari 15-44 tahun atau remaja dan dewasa. Oleh sebab itu, pihak Dinkes Kabupaten Malang terus melakukan berbagai upaya untuk menekan angka penderita DB. Seperti halnya penyuluhan konvensional juga melalui media sosial.
Menginggat banyak masyarat yang masih kurang pemahaman akan penyakit tersebut, yang mana biasanya para masyarat sering kali menganggap sepele terhadap gejala naik turun demam saat demam berdarah. Dan menganggap demam biasa, jika dibiarkan melalui fase demam berdarah, bisa terjadi kejang hingga risiko kematian. (wul/mzm)