Direktur RS Bunda Sampaikan Permohonan Maaf, Berjanji Perbaiki Layanan

foto 1
Pertemuan antara Dirut RS Bunda, Kepala Desa dan Perwakilan Keluarga Korbandi Kantor Desa Pranti. (foto:ist)

Sesampainya di UGD, Sri Utami yang tengah tergopoh-gopoh dengan kondisi ayahnya tersebut tidak diperkenankan masuk ke ruang UGD, alasannya pasien harus didaftarkan terlebih dahulu. Dengan rasa panik, Sri Utami kemudian bergegas menuju ke loket pendaftaran. Meski saat itu petugas loket sedang istirahat, dia tetap memaklumi mengingat saat itu sedang larut malam.  Sementara ayahnya tetap diluar (ruang observasi) bersama Adik Sri Utami.

Setelah dilakukan pendaftaran, Sri Utami diminta untuk menukarkan resep di apotik RS. Kemudian obat Ralfate dan Lanso Prazole tersebut diberikan kepada dr. Ulin. Kemudian pasien disuntik di bagian tangan sebelah kanan. 

Bacaan Lainnya

“Jadi ayah saya itu disuntik di ruang observasi, bukan didalam ruang UGD. Padahal saya lihat ruangannya kosong. Setelah disuntik, dokter Ulin bilang kalau pasien boleh dibawa pulang. Masa kondisi bapak seperti ini disuruh pulang dok, katanya, lalu dijawab ‘Iya nggak apa- apa bu sambil rawat jalan. Tapi kalau ibu mau tunggu disini enggak apa-apa, sambil menunggu pasien agak tenang,” ucap dokter kepadanya. 

Selang beberapa menit kemudian tepatnya pukul 00.40 Wib, Sri Utami yang tengah menunggu tersebut mendapati ayahnya sudah gagal nafas.

“Saya gerak-gerakin tangannya, saya pegang urat nadinya juga gak bergerak. Bahkan adik saya juga memegang pipi ayah juga tak bergerak,” jelasnya. 

Mendapati kondisi itu, dia pun bergegas memanggil dokter. Dengan tergopoh-gopoh dokter akhirnya membawa pasien masuk ke ruang UGD, dan dilakukan pemeriksaan.

“Bak nasi sudah menjadi bubur,” pasien akhirnya  dinyatakan meninggal dunia. (Iki/ono)

Pos terkait