Bondowoso,SERU- Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) berencana melakukan penyemaian benih tanaman penghijauan dari udara di kawasan hutan dan lahan Pegunungan Ijen Bondowoso. Ini karena, penyebab banjir bandang yang menerjang Desa Sempol dan Desa Kalisat Kecamatan Ijen pada 29 Januari 2020, akibat dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutlan) pada 2019 serta alih fungsi lahan di Gunung Suket kawasan Pengunungan Ijen.
Rencana itu disampaikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa usai meninjau langsung lokasi Desa Sempol dan Desa Kalisat Kecamatan Ijen Bondowoso yang terdampak banjir bandang, Kamis kemarin (30/1/2020). ”Saya bersama Kepala BPBD Pemprov Jatim telah menyiapkan format melakukan penyemaian benih tanaman penghijauan dari udara pada titik-titik kebakaran hutan dan lahan di kawasan Pengunungan Ijen Bondowoso, seperti di Gunung Ijen dan Gunung Raung,” kata Gubernur Khofifah
Dengan penyemaian benih tanaman pada titik-titik karhutlan di kawasan Gunung Ijen dan Gunung Raung, menurut mantan Menteri Sosial RI Kabinet Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, ini diharapkan tumbuh menjadi tanaman atau pohon besar saat musim hujan tiba. ”Metode penyemaian benih tanaman dari udara, ini seperti juga telah ilalukan negara Thailand dan di negara bagian Amerika yang sudah cukup lama melakukan di kawasan pegunungan,” ujarnya.
Gubernur Khofifah menyakini metode penyemaian benih tanaman dari udara juga bisa dilakukan di Indonesia. Bahkan, bisa melibatkan anak-anak sekolah diminta mengumpulkan benih dan biji tanaman dengan cara disemai dari udara. ”Atau mungkin ada pelajar, mahasiswa, dan kelompok masyarakat pecinta pendaki gunung bisa menebar benih atau biji tamanan saat melakukan pendakian,” ungkapnya.
Terpisah, Administratur (Adm) Perhutani KPH Bondowoso Agus Sarwedi dalam keterangan tertulisnya menyampaikan, luapan air hujan yang mengakibatkan banjir bandang di Kecamatan Ijen Bpndowo pada 29 Januari 2020, ditengarai berasal dari kawasan hutan lindung petak 101-2 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Belawan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukosari. Menurut Agus, hutan lindung seluas 75 hektare, itu pada 2019 terbakar seluas 60 hektare. Sehingga, kondisi tegakan di hutan lindung tidak rapat, bahkan didominasi alang-alang.
Agus juga menambahkan, faktor lain terjadinya banjir bandang tidak lepas dari intensitas curah hujan tinggi mengguyur kawasan Gunung Suket. Sehingga, volume air hujan yang sangat besar tidak mampu ditampung saluran irigasi yang lebarnya tidak memadai dan berakibat air meluap ke rumah penduduk. ”Karna itu, kami segera melakukan penanaman bibit pohon bersama di kawasan Gunung Suket. Bahkan, PT. Medco Energi bekerja sama untuk melakukan rehabilitasi,” tambahnya. (ido)