Dengan situasi itu, Dinas Pendidikan Jawa Timur berupaya memperlebar kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kerja (DUDIKA). Tidak hanya Dudika dalam negeri, namun juga luar negeri, termasuk dengan negara Jepang.
“Kita pun berupaya menjalin kerjasama Dudika di dalam negeri dan luar negeri. Dan hari ini difasilitasi UMM, membangun kolaborasi dengan berbagai perusahaan di Jepang, dan siswa mahasiswa dibekali sesuai dengan bidang kerja di Jepang,” jelas Wahyudi.
Sementara itu, Direktur Direktorat Pendidikan dan Pelatihan Vokasi UMM, Tulus Winarsunu menyampaikan, kali ini UMM memberangkatkan 122 orang untuk magang di negeri sakura. 39 orang diantaranya menjalani pelatihan di Malang, sedangkan 83 orang sisanya telah mengikuti pelatihan di Ponorogo.
“Dari jumlah itu, S1 20 persen, sisanya adalah SMA & SMK, dan ini bukan angkatan pertama. Angkatan pertama adalah di tahun 2018. Sekarang ada 70 pemagang di Jepang, ada yang sudah berjalan 2 tahun 3 tahun dan ada yang hampir pulang,” jelas Tulus.
Kebutuhan tenaga magang kerja ke Jepang terbilang tinggi. Ini disebabkan banyak sektor yang membutuhkan SDM dari Indonesia. Mulai dari perawat, hospitality, hotel, pertanian, industri makanan hingga perikanan.
“Biaya nanti dibayarkan di Jepang Rp35 juta. Adik-adik di sini hanya medical checkup (MCU) yang jadi syarat utama. Karena di beberapa negara ada ketentuan seperti larangan pengidap TBC, dan lain-lain. Bayarnya setelah 3 bulan di Jepang,” jelas Tulus.