Lisa Ariesta Nur Hanif
Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang
Berita heboh terkait resesi yang terjadi pada tahun 2023 yang mana sudah tidak asing di telinga menjadi salah satu topik bahasan di dunia. Resesi adalah sebuah kondisi ekonomi suatu negara yang memburuk dengan melihat perputaran ekonomi yang ada dan berlangsung lebih dari beberapa bulan. Peringatan potensi terkait resesi global ini telah diumumkan oleh International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia karena adanya krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara (IMF, 2022). Peringatan tersebut mengatakan bahwa akan menjadi tahun gelap untuk dunia. Inflasi merupakan salah satu penyebab resesi di suatu negara dan Indonesia menjadi negara yang masih dibilang aman dalam hal ini. Inflasi merupakan kenaikan harga yang terjadi pada barang atau jasa secara terus menerus. “Emerging countries seperti Indonesia , India, Brazil, Mexico realatif mengatasi situasi kali ini dengan cukup baik” ujar Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI.
Namun, akankah Indonesia menjadi salah satu negara yang menjajaki tahun gelap pada 2023?
Jika dilihat dari data inflasi Indonesia pada tahun 2021 dan 2022 yang mana data menunjukkan untuk bulan November 2022 inflasi Indonesia sebesar 5,42% (Bank Indonesia, 2022). Inflasi Indonesia pada bulan November 2022 menunjukkan penurunan sebesar 0,29% dibandingkan pada bulan sebelumnya. Inflasi di Indonesia mengalami peningkatan sejak terjadinya covid – 19, namun sempat mengalami penurunan dikarenakan kembalinya perekonomian Indonesia. Akan tetapi, dengan meletusnya perang ukraina dan rusia inflasi di Indonesia mengalami peningkatan kembali, namun tidak ekstrim jika dibandingkan denan negara – negara barat. Inflasi Indonesia tidak menyentuh angka lebih dari 6%, kondisi tersebut masuk kategori inflasi ringan (creeping inflation). Dalam menanggapi inflasi yang mana Indonesia juga merupakan salah satu negara yang perekonomiannya masih stabil. Hal ini juga diungkapkan oleh Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI “ Indonesia merupakan negara yang resilience, yang diperkirakan perekonomiannya akan tumbuh”.Kategori inflasi ringan ini masih bisa di tangani dengan pemulihan ekonomi domestik maupun internasional yang salah satunya adalah perdagangan Internasional.
Perdagangan Internasional sering kali dikaitkan dengan Gross domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB). PDB di Indonesia semakin menguat pasca Covid – 19 meskipun banyak tantangan. Selain itu, Asian Development Bank (ADB) juga menunjukan data terkait pertumbuhan perekonomian Indonesia yang berkisar 5% pada 2023 yang dinilai aman (ADB,2022). Jika melihat data ekspor yang cenderung naik 0,13% dan data impor yang cenderung turun sebesar 0,14 (Badan Pusat Statistik, 2022).
“Kita memiliki mobilitas di negeri yang menggerakkan ekonomi domestik di Indonesia, dan Dampaknya sangat minim di Indonesia” ujar Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), dalam Youtube Kemenkeu RI.
Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa konsumtifitas dari masyarakat Indonesia yang membantu negara ini bangkit dari stagflasi.Meskipun Indonesia merupakan negara yang reselience terhadap situasi kali ini. Tidak memungkinkan bahwa faktor eksternal dari stagflasi yang terjadi di dunia tidak berpengaruh di Indonesia. Kita sebagai masyarakat Indonesia diharapkan untuk berhati – hati dalam memerangi faktor eksternal dunia yang sangat dinamis. Salah satunya yaitu dengan pembelian barang lokal yang membuat UMKM di Indonesia tumbuh pesat.