Sebagai orang tua, Devi Athok masih tidak kuasa menahan tangis yang terbendung ketika mengingat dua anaknya dan korban-korban lainnya pergi ke Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) lalu. Ia yakin anak-anaknya dan para korban lain ke Stadion Kanjuruhan hanya untuk melihat dan mendukung tim kesayangannya bertanding dan tidak ada niat anarkis.
“Harus dihukum seberat-beratnya, kasihan adik-adik saya Aremania yang tidak tahu apa-apa yang ingin mendukung klub bola. Tidak membuat kericuhan kenapa ditembak gas air mata. Saya tidak tega,” katanya
Sementara itu, Ketua Persatuan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) wilayah Jawa Timur, dr. Nabil Bahasuan mengatakan, pihaknya mendapatkan surat permintaan untuk melakukan visum et repertum dari pihak penyidik untuk melaksanakan penggalian jenazah korban Tragedi Kanjuruhan.
Untuk itu, PDFI Cabang Jawa Timur telah membentuk tim independen yang terdiri dari dua penasehat dan enam operator. Terdiri dari dari tiga elemen institusi pendidikan kedokteran dan empat institusi kesehatan.
“Pertama institusi pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya, kemudian Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan yang ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammaddiyah Malang,” tuturnya.
Kemudian dari fasilitas kesehatan antara lain RSUD Kanjuruhan, Kabupaten Malang, kemudian RSUD Dr Sutomo Surabaya, yang ke-3 RSUD Sarifah Bangkalan dan yang terakhir Rumah Sakit Pendidikan Unair.(ws6/ono)