Malang, SERU.co.id – Dibanding tahun lalu 2021, peristiwa gempa yang terjadi Jawa Timur menurun. Tercatat di bulan Januari-September 2022, terdapat enam kali goncangan gempa yang dapat dirasakan.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Malang, Mamuri mengatakan, untuk tahun ini getaran gempa yang dapat dirasakan masih dibawah 10 kali.
“Kalau untuk sejauh ini kalau dirasakan kurang lebih ada sekitar 6 sampai bulan September, memang yang cukup banyak itu di tahun 2021,” seru Mamuri di kantornya, Jumat (16/9/2022).
Hal tersebut terjadi karena lokasi titik gempa di tahun 2021 lalu, berada di wilayah Malang dan Blitar yang cukup signifikan.
“Karena ada gempa Malang, gembala Blitar. Itu memang yang cukup signifikan, disana juga ada susulan beberapa kali. Tapi kalau sekarang, yang lebih sering dirasakan di daerah Pacitan dan daerah Jember,” terangnya.
Mamuri, juga mengaku pihaknya selalu rutin merilis peristiwa terjadinya gempa yang telah berhasil mereka catat.
“Kita selalu rilis, tiap minggu itu antara 40-50, memang bervariatif memang kalau dihitung rata-rata hampir setiap hari 1 kali gempa bumi walaupun itu tidak dirasakan itu,” jelasnya.
Meskipun goncang yang ditimbulkan tidak dirasakan, namun pihak BMKG selalu memantau dan mengupdate ke media sosial. Bahkan mereka juga terus memonitor serta menggandeng Pemerintah, tim penyelamat atau tim SAR, PMI, serta media guna memberikan informasi kepada masyarakat.
Tak lupa dirinya menyebut untuk episentrum (lokasi gempa) wilayah Jawa Timur, secara umum berada di wilayah Selatan.
“Gempa-gempa lokal yang dirasakan juga untuk di Jawa Timur, sendiri itu pada umumnya juga di Selatan Jawa Timur. Dan ada sekali terjadi gempa di Kali Anget, jadi di daerah Madura, disana juga ada gempa lokal RMKS namanya dan di tahun ini sempat terjadi gempa dirasakan. Tapi relatif kecil, dirasakannya hanya 1,2 MMI (Modified Mercalli Intensity/satuan gempa) saja,” paparnya.
Dirinya menyebut, sejauh ini yang dirasakan besaran maksimum masih 3 MMI, yang terjadi di Pacitan. Kemudian terasa hingga Karangkates, Kabupaten Malang sebesar 2 MMI.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG tersebut juga menjelaskan, pada umumnya titik gempa lebih sering terjadi di lautan. Namun juga tidak menutup kemungkinan, terjadi pula di daratan.
“Pada umumnya di laut, karena sumber utama kita kan ada di dalam laut sumber subsidensinya. Dan memang untuk di daratan ada sesar-sesar (gempa) lokal yang mungkin bisa terjadi gempa dan itu relatif kecil. kalau kecil di darat biasanya kalau memang agak besar bisa di rasakan,” jelasnya. (ws6/ono)