Malang, SERU.co.id – Pelaku wisata di Kawasan Bromo Tengger dipilih Kementerian Komunikasi dan Informatika mendapat pendampingan adopsi teknologi digital sektor pariwisata. Mereka akan mendapatkan pelatihan sehingga memiliki keterampilan teknis yang bisa memajukan kawasan wisata yang dikelolanya.
Ketua Tim Direktorat Ekonomi Digital Dirjen Aptika Kementerian Kominfo, Sudiono menyebut, ada empat lokasi wisata di Indonesia yang mendapat pendampingan adopsi teknologi digital. Selain Kawasan Bromo, juga Kawasan Belitung, Borobudur, dan Labuan Bajo. Pemilihan destinasi-destinasi wisata tersebut merupakan hasil dari pertimbangan pihak Kominfo dan juga Kementerian Pariwisata Indonesia.
“Itu karena setelah hasil pertimbangan diskusi dengan Kemenpar (Kementrian pariwisata), karena Kemempar sebagai kementerian teknis untuk pariwisata. Kominfo itu adopsi teknologinya, jadi adopsi teknologi seperti apakah yang ada di desa wisata, nah itu kan yang kita satukan. Jadi satu kemasan pelatihan workshop itu sih,” serunya Sudiono kepada SERU.co.id.
Materi yang akan diajarkan dalam keempat workshop mencakup, desa wisata dan adopsi teknologi digital. Penggunaan media sosial dan content creator, fotografi dan videografi, penggunaan drone, promosi desa wisata, analisis Instagram, storytelling dan copy writing serta wisata virtual.
Sudiono menyebutkan, desa wisata merupakan objek yang harus dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal secara langsung. Pendampingan teknologi digital sektor pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan.
Selain itu juga untuk meningkatkanketerampilan, khususnya bagi pengelola desa wisata dalam menghadapi era digital, terlebih dalam membantu pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Nanti hasil dari kegiatan pendampingan tersebut, masing-masing peserta diharapkan
mendapat pengetahuan pengelolaan desa wisata secara utuh. Juga masing-masing
desa juga akan mampu membuat dan memiliki foto dan video promosi dengan
kualitas audio dan visual yang baik sesuai dengan kaidah estetika fotografi dan
sinematografi.
Kemudian pada materi virtual tour, peserta juga mendapatkan pengetahuan,
tentang teknis penggunaan berbagai perangkat penunjang pembuatan virtual tour.
Untuk kedepannya diharapkan dapat menciptakan paket tour wisata virtual desa
yang siap jual.
Dengan pelatihan yang disampaikan, dapat bermanfaat dalam pengembangan desa wisata. Agar lebih dikenal masyarakat luas dalam rangka meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan. (ws6/ono)