Malang, SERU.co.id – Usai diperkenalkan 21 April 2022 lalu, program kolaborasi Malang Autism Center (MAC) dengan Universitas Negeri Malang (UM) akhirnya Grand Launching Omah Terapi Autis, Selasa (30/8/2022). Mengusung konsep Merdeka dari biaya terapi yang mahal, terapi biaya terjangkau dikhususkan anak-anak autis kurang mampu. Saat ini, Omah Terapi Autis menangani 4 anak didik dari Dampit, Tidar, Sukun dan Blimbing.
Founder Malang Autism Center (MAC), M. Cahyadi mengatakan, Omah Terapi Autis merupakan produk MAC. Didedikasikan untuk anak-anak dengan autism spectrum disorder dari keluarga kelas menengah kebawah. Berkaitan dengan hal itu, biaya layanan terapi bersifat seikhlasnya.
“Omah Terapi Autis sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap anak berkebutuhan khusus dari keluarga latar ekonomi menengah kebawah. Selain mendapat dukungan penuh dari Malang Autism Center, lembaga Omah Terapi Autis juga mendapatkan dukungan penuh dari Universitas Negeri Malang dan beberapa pihak donatur pendukung,” seru Cahyadi.
- Mencuat Isu Monopoli, DPRD Kota Malang Dalami Mekanisme Penyelenggaraan Koperasi Merah Putih
- PMI Kota Malang dan Indonesia Sehat Jiwa Resmikan Poli Psikologi, Tekan Angka Bunuh Diri
- Fatayat NU Kota Batu Siap Dukung Visi Misi Kepala Daerah
Disebutkannya, meski bersifat seikhlasnya, namun pihaknya sangat selektif menerima para anak autis dengan survei langsung ke rumah pendaftar. Setelah melalui beberapa prosedur pendaftaran, anak didik yang terpilih berhak mendapatkan 2 tenaga terapis yang dilakukan selama 6 bulan dengan rincian 20 jam per minggu.
“Jumlah pembayaran layanan terapi akan disesuaikan dengan kemampuan orang tua setelah tim melakukan prosedur yang ada. Jika orangtua mampunya hanya 250k sebulan, maka bayamya tetap 250k sebulan,” jelas Acai, sapaan akrab Cahyadi.
Senada, Kepala Departemen Pendidikan Luar Biasa (PLB) UM, Prof Dr Mohammad Efendi MPd, MKes mengatakan, pendidikan berkualitas tak hanya teori, namun praktek langsung. Keterlibatan mahasiswa S1 dan S2 PLB UM cukup kompeten dengan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat.
“Keterlibatan mahasiswa PLB memang berbeda, ditekankan mengedepankan hati, kemudian baru otak dan tenaga. Mahasiswa dapat mengaktualisasikan kemampuannya dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” ungkap Prof Efendi, sapaan akrabnya.
