“Faktor yang menyebabkan itu adalah tidak utuhnya keluarga, salah satu contoh yakni broken home, orang yang bercerai, kemudian anak ini diasuh oleh neneknya, atau mungkin saudaranya yang lain sehingga memberikan kasih sayang itu tidak maksimal,” terangnya.
Pihaknya juga melakukan jemput bola ke beberapa pesantren yang ada di Kabupaten Malang guna melakukan sosialisasi untuk mengurangi dan mencegah kasus kasus kekerasan seksual.
Pada tahun 2021, pihaknya menerima laporan adanya kekerasan fisik di salah atau pondok pesantren di kawasan Gondanglegi sehingga dirinya bekerja sama dengan pihak pengurus pondok untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Tahun 2021, kami sosialisasi di salah satu pondok Gondanglegi yang lumayan banyak pelaporan kejadian, yang melibatkan pondok pesantren. Kita sampai 2-3 kali melakukan sosialisasi di sana itu,” tambahnya.
Diperkirakan, kenaikan angka kekerasan seksual ini masih akan berlanjut di tahun ini. Melihat laporan yang diterima hingga Juli 2022 saja, sudah hampir mengimbangi data satu tahun penuh tahun 2021.
“Berarti sampai akhir tahun nanti otomatis pasti drastis, karena masih ada beberapa bulan-bulan kedepannya,” tutupnya. (ws6/ono)
Baca juga:
- Film Komedi Romantis Layar Lebar Berdurasi Panjang bakal Diproduksi di Kota Batu
- UM Sabet Juara Umum Kedua di POMPROV Jatim 2025 dengan Torehan 97 Medali
- Lathifah Shohib Berharap Ritual Ibadah Kurban Menjadi Contoh Baik di Kehidupan Sehari-hari
- Warga Perum Jasatirta Ikhlas Berkurban untuk Berbagi dengan Sesama
- Sholat Idul Adha di Hanggar Skadud 32 Lanud Abd Saleh Dilanjutkan Pemotongan Hewan Kurban