ITN Malang Gelar Semnas Metaverse Membaca Peluang dan Tantangan di Revolusi Industri 5.0

Rektor ITN, Prof Abraham Lomi, bersama keynot speaker Semnas Metavers dan beberapa undangan yang hadir. (bim) - ITN Malang Gelar Semnas Metaverse Membaca Peluang dan Tantangan di Revolusi Industri 5.0
Rektor ITN, Prof Abraham Lomi, bersama keynot speaker Semnas Metavers dan beberapa undangan yang hadir. (bim)

“Tentu saja dalam seminar ini kita juga mendapatkan informasi, hasil inovasi terbaru dari peneliti yang ada di perguruan tinggi. Tujuannya agar mendukung pembangunan nasional dalam bidang inovasi dan teknologi,” kata Lomi.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI, Dr Ahmad Basarah mengatakan, kemajuan teknologi informasi global termasuk metaverse sendiri adalah perubahan yang tidak mungkin dapat bangsa Indonesia hindari. Oleh karena itu perguruan tinggi sebagai entitas intelektual yang memiliki kewajiban tri-dharma perguruan tinggi harus mengambil peran.

Bacaan Lainnya

“Yaitu menjadikan kemajuan teknologi informasi ini dengan mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat bangsa Indonesia. Tentunya dengan meminimize segala dampak negatif yang dimunculkan dari teknologi informasi ini,” kata Basarah.

Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah, saat menyampaikan materi tentang Metaverse: Peluang dan Tantangan Perguruan Tinggi. (bim) - ITN Malang Gelar Semnas Metaverse Membaca Peluang dan Tantangan di Revolusi Industri 5.0
Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah, saat menyampaikan materi tentang Metaverse: Peluang dan Tantangan Perguruan Tinggi. (bim)

Menurutnya, tema Semnas yang diambil oleh ITN Malang sendiri sangat relevan dalam kehidupan masa kini. Pasalnya dalam mengikuti perkembangan zaman sendiri, harus berpegang teguh dan dilandasi oleh ideologi bangsa, yaitu Pancasila.

“Agar sebagai sebuah bangsa yang besar, kita tidak terombang ambing oleh perubahan dunia yang begitu cepat dan dahsyatnya,” imbuhnya.

Wakil Ketua MPR RI tersebut juga menambahkan, kemajuan teknologi ini juga sering dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang bertujuan merusak keutuhan NKRI. Tentunya dengan melakukan kampanye radikalisme, terorisme serta ekstrimisme yang kini terus berkembang.

“Mereka berkumpul berserikat mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan dan menggunakan medsos untuk mengkampanyekan ideolgi mereka yang sebenarnya menolak demokrasi. Oleh karena itu, benteng bagi bangsa Indonesia itu kembali kepada jati diri bangsa kita sendiri, yaitu Pancasila,” pungkasnya. (bim/mzm)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait