“Sistem pangan global berada dalam tantangan yang sangat serius, setelah dua tahun pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi ekonomi global. Juga masalah geopolitik global yang telah meningkatkan inflasi global,” tandasnya.
Menurutnya, laju inflasi Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan akan mencapai lebih dari 5 persen, meningkat signifikan dari 2,6 persen pada tahun 2021. Sehingga Indonesia saat ini menganut dan mengembangkan sistem pangan berkelanjutan yang komprehensif.
“Yang meliputi kegiatan sistem produksi, pengolahan, distribusi, perdagangan, dan sistem konsumsi pangan. Outcome dari sistem pangan adalah peningkatan ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan,” katanya.
- Jas Merah Fondasi 18 Tahun Universitas Ma Chung Berdampak dan Berkelanjutan
- USDEC Luncurkan USIDP Perkuat Industri Susu Nasional di Jawa Timur
- Komalku dan DPRD Kota Malang Apreasiasi Pemenang Lomba Menulis Cerita Anak
Dalam visi keberlanjutan di sektor pertanian pangan, Bustanul mengungkapkan, jika Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan Sustainable and Resilient Food Systems (SRFS).
“SRFS merupakan landasan penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi. Juga pengentasan kemiskinan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, konservasi ekosistem, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” pungkasnya.