Refleksi Konferensi Asia Afrika, Unitri Usulkan Ali Sastroamidjojo Jadi Pahlawan Nasional

Refleksi Peringatan 67 Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung 1955 di Unitri. (rhd) - Refleksi Konferensi Asia Afrika, Unitri Usulkan Ali Sastroamidjojo Jadi Pahlawan Nasional
Refleksi Peringatan 67 Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung 1955 di Unitri. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Banyak yang tak mengenal atau lupa akan sosok Ali Sastroamidjojo, tokoh nasional yang mengantarkan Indonesia ke kancah Internasional, seperti Konferensi Asia Afrika (KAA). Padahal peran pria kelahiran Grabag, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada 21 Mei 1903, turut mewarnai perjalanan Indonesia. Sebut saja, sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-8 dan ke-10, Menteri Pertahanan Indonesia ke-10, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-4, dan lainnya.

Menyadari hal itu, Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) mendukung dan mendorong Ali Sastroamidjojo untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Seperti diungkapkan Pembina Pusat Studi Pendidikan Wawasan Kebangsaan (Pusdikwasbang) Unitri, Prof Dr Ir Wani Hadi Utomo, dalam acara “Refleksi Peringatan 67 Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung 1955”, Selasa (5/4/2022).

Bacaan Lainnya

“Berbicara KAA, salah satu tokohnya Ali Sastroamidjojo. Beliau tokoh pergerakan atau Bapak Bangsa yang mulai aktif ikut berjuang memerdekakan NKRI, sejak menjadi mahasiswa di negeri Belanda. Menurut saya akhir-akhir ini banyak pelajaran sejarah yang dihilangkan atau diminimalisasi, sehingga banyak anak-anak yang tidak tahu pahlawan nasional,” seru Prof Dr Ir Wani Hadi Utomo.

Prof Dr Ir Wani Hadi Utomo (kanan) didampingi Agustinus Ghunu, SE, MMA, MAP. (rhd)

Menurutnya, Konferensi Asia-Afrika sangat relevan untuk diperingati, sebab saat ini dunia sedang dalam keadaan genting dengan adanya penyerangan Rusia ke Ukraina. Untuk memahami bagaimana sikap pemerintah Indonesia, seharusnya dapat dilihat pada Dasasila KAA. Sebab disana menjelaskan bagaimana sikap Indonesia seharusnya terhadap konflik yang ada di masing-masing negara.

“Kalau sekarang ada yang menyalahkan pemerintah, itu berarti kurang memahami Dasasila Bandung yang kini sudah dijadikan warisan budaya. Jadi aneh ya, kalau dunia sudah mengakui, kok orang Indonesia banyak yang tidak tahu. Ini kelihatannya generasi muda ini lupa pada sejarah,” tutur mantan Rektor Unitri ini.

Oleh karena itu, dalam setiap kesempatan ia selalu menekankan kepada generasi muda, jangan melupakan sejarah (jas merah). Salah satunya, melalui misi pusat studi wawasan kebangsaan Unitri. Dengan mengingatkan generasi milenial kepada para pahlawan yang telah memerdekakan NKRI.

“Kita harapkan melalui acara ini, adanya pandangan para pakar sejarah, pakar geopolitik bisa mendukung usulan Ali Sastroamidjojo menjadi Pahlawan Nasional. Selain mengingatkan kepada generasi muda untuk mempelajari sejarah,” tandasnya.

Para peserta Refleksi Peringatan 67 Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung 1955. (rhd)

Senada, Ketua Panitia Acara, Agustinus Ghunu, SE, MMA, MAP menjelaskan, kegiatan ini diadakan untuk merefleksikan bagaimana peristiwa KAA itu bisa berlangsung. Bahwa Ali Sastroamidjojo sebagai salah satu penggagas sekaligus Ketua dari KAA. Sehingga tema yang diusung “Meneladani Perjuangan Mr Ali Sastroamidjojo dan Kelayakan Menjadi Pahlawan Nasional.”

“Konsep besarnya memang Soekarno, tapi peranan Ali itu sebagai eksekutor, itu yang ingin direfleksikan. Dengan perjuangan beliau, maka hari ini kita ingin merefleksikan itu sekaligus kita ingin memperkuat pengusulan Ali Sastroamidjojo sebagai pahlawan nasional,” tegasnya.

Sebagai informasi, Refleksi Peringatan 67 Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung 1955 ini dihadiri 100 orang secara offline dan 831 orang secara online. (rhd)


Baca juga:

Pos terkait