Malang, SERU.co.id – Mengawali tahun 2022, Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah dua profesor baru. Mengingat kasus covid-19 kembali naik, prosesi pengukuhan dilaksanakan secara hybrid (online dan offline), dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. Bertempat di Gedung Samanta Krida UB, Kota Malang, Sabtu (29/1/2022).
Profesor pertama, yakni Prof Dr Ir Sri Wahjuningsih, MSi, profesor aktif ke-19 dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan profesor aktif ke-159 di UB. Serta menjadi profesor ke-285 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB. Sementara, profesor kedua, adalah Prof Dr Ir Muhammad Musa, MS, profesor aktif ke-13 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan profesor aktif ke-160 di UB. Serta menjadi profesor ke-286 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
“Daun kelor dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas semen beku pada kambing jantan. Proses inseminasi buatan, memberikan kontribusi signifikan dan aplikatif untuk peningkatan populasi. Selain itu, juga dapat meningkatkan mutu genetic ternak, produktivitas dan kinerja produksi,” seru Prof Dr Ir Sri Wahjuningsih, MSi, dalam pidato pengukuhannya. mengangkat pemanfaatan
Prof Dr Ir Sri Wahjuningsih, MSi mengusung pidato pengukuhan berjudul: “Suplementasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) dalam Pengencer Tris Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Semen Beku Kambing untuk Inseminasi Buatan.”
Menurut Prof Sri, keberhasilan proses ini bergantung pada ketersediaan semen beku yang berkualitas baik. Namun pada praktiknya, permasalahan yang dihadapi adalah proses kriopreservasi dan thawing semen, menyebabkan tingkat kerusakan yang signifikan pada spermatozoa.
“Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formula pengencer semen kambing yang mampu melindungi spermatozoa dari cold shock pada proses kriopreservasi, thawing, serta memiliki daya preservasi yang tinggi,” urai Prof Sri.

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Sri menggunakan ekstrak daun Moringa Oleifera mampu mengencerkan Tris dan berpotensi meningkatkan kualitas semen beku kambing. Alasannya, daun kelor jenis tanaman herbal yang banyak dijumpai di masyarakat, dan dikenal sebagai tanaman yang kaya manfaat dalam tiap bagian. Selain tingkat oksidannya sangat tinggi, dimana dibutuhkan pada kualitas semen.
Selain itu, untuk melakukan inseminasi buatan pada betina, cukup menggunakan semen karena tahan hingga 3-5 tahun dalam cold storage, tak perlu membawa kambingnya. Tinggal bagaimana menjaga kondusifitas kontainer, agar IB berhasil maksimal. Jika tidak, maka akan ada kerusakan, sehingga terjadi penurunan kualitas sperma.
“Suplementasi ekstrak daun Moringa oleifera pada pengencer Tris-aminomethan-kuning telur mempunyai potensi meningkatkan kualitas semen beku kambing. Konsentrasi optimum ekstrak daun Moringa Oleifera adalah 3%”, pungkas dosen Fapet ini.
Deteksi birahi memegang peranan penting, jika tak birahi maka sulit di IB, sebab menentukan kualitas hasil produksi. Semen bisa disimpan bertahun-tahun asal nitrogen cair dalam kontainer mampu melindungi straw. Peternak hanya pengguna saja, sebab semen dan straw bisa diperoleh di Balai Besar Inseminasi Buatan, seperti BBIB Singosari.
Sedangkan, Prof Dr Ir Muhammad Musa, MS mengusung pidato pengukuhan berjudul:
“Strategi Pengendalian dan Peningkatan Produktivitas Tambak Melalui Ecogreen Aquaculture.”
Melalui pidatonya, Musa melihat permasalahan yang pernah terjadi dan hancurnya usaha pertambakan di Indonesia pada beberapa waktu lalu, khususnya di Jawa Timur, menimbulkan suatu pertanyaan. Sejauh mana perencanaan pembangunan pertambakan yang ada selama ini memikirkan aspek daya dukung lingkungan dalam usahanya?
“Kegagalan-kegagalan yang dialami oleh petambak, mengilustrasikan lemahnya perencanaan pembangunan tambak yang tidak mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan sebagai variabel penentu produksinya,” seru Prof Musa.

Menurut Musa, usaha pertambakan yang hanya mengandalkan ekonomi semata, ternyata tidak berkelanjutan (sustainable). Karena mengabaikan daya dukung lingkungannya dan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang tepat.
Disebutkannya, ecogreen aquaculture merupakan teknologi perkembangan budidaya tambak tradisional menuju tambak intensif dengan penerapan silvofishery model komplangan.
“Ecogreen aquaculture dibuat melalui pendekatan pemulihan dan peningkatan daya dukung dengan hybrid system. Dan perbaikan ekosistem mangrove pendukungnya dengan tujuan untuk mengendalikan dan meningkatkan produktivitas,” beber Prof Musa.
Hasil uji coba selama 4 tahun atau 10 kali siklus budidaya, tambak dengan luas 1.600 m2 dalam setahun (2,5 siklus budidaya) mampu menghasilkan rata-rata 8500 kilogram atau 8,5 ton per hektar per tahun.
Limbah budidaya setelah ditreatment berdampak positif terhadap pertumbuhan bandeng dan mangrovenya. Tentunya dengan pemilahan tambak mangrove untuk mengkontrol air, dan tambak bandeng sebagai tandon, treatment limbah nitrat dan phospat, serta budidaya.
“Hal ini mengindikasikan bahwa Ecogreen aquaculture layak untuk dikembangkan khususnya di laboratorium Perikanan Air Payau dan Laut (PAPL) Probolinggo FPIK-UB. Sehingga bermanfaat untuk peremajaan mangrove dan treatment limbah di sekitar pesisir,” tandasnya. (rhd)
Baca juga:
- SPPG Tlogowaru Kota Malang Pekerjakan Masyarakat Lokal Sukseskan Program MBG, Sasar 4.800 Pelajar
- Rumah Dinas Sekda Situbondo dibobol Maling Saat Ditinggal Ibadah Haji
- Selama Libur Panjang Gunung Bromo Dibanjiri 11.735 Wisatawan Lokal dan Mancanegara
- Alfamart Gandeng Puskesmas Ardimulyo Layani Posyandu ILP dan Edukasi Balita hingga Lansia
- Wali Kota Batu Terima Audiensi Jajaran Redaksi Memo X Group di Ruang Kerja