Jangan Tergiur Pasti Untung, Investasi Emas Jadi Pilihan Safe Haven

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), Fajar Wibhiyadi, memaparkan tips memilih investasi. (rhd) - Jangan Tergiur Pasti Untung, Investasi Emas Jadi Pilihan Safe Haven
Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), Fajar Wibhiyadi, memaparkan tips memilih investasi. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Pandemi covid -19 telah memberikan dampak terhadap apapun, salah satunya perubahan perilaku dan cara berinvestasi. Dimanapun dan kapanpun hanya dengan bemodalkan ponsel pintar, siapapun bisa berinvestasi dan bertransaksi. Seiring kemunculan beragam jenis investasi berbasis online, sehingga memudahkan investor mendapatkan keuntungan.

Pimpinan Cabang PT Bestprofit Futures Malang, Andri mengatakan, saat ini pilihan investasi semakin beragam. Terjadi banyak pergeseran investasi konvensional menjadi online, dengan bermacam jenis investasi baru yang menawarkan beragam keuntungan melalui beberapa jenis platform. Salah satunya investasi emas, jadi pilihan safe haven.

Bacaan Lainnya

“Sebelum kita memutuskan instrumen investasi yang tepat, kita harus tahu tujuan dan target jangka waktu yang kita inginkan. Agar mendapatkan return dari portofolio investasi yang kita tempatkan. Salah satunya investasi emas, jadi pilihan safe haven,” seru Andri, saat membuka ‘Investment Outlook 2022 : Pilihan Cerdas Investasi di Era New Normal,’ di hadapan puluhan mahasiswa UB dan STIE Malangkucecwara (ABM), Kamis (20/1/2022).

Pimpinan Cabang PT Bestprofit Futures Malang, Andri (kiri ketiga), bersama narasumber dan perwakilan investor. (ist)

Dibeberkannya, sebagai contoh properti dan obligasi, merupakan investasi yang menjanjikan dari sisi return, namun bersifat jangka panjang. Sementara, jika ingin mendapatkan return yang positif dan bersifat likuid, maka Perdagangan Berjangka bisa menjadi pilihan alternatif, terutama produk emas.

“Ketika awal pandemi tahun 2020, harga emas langsung mencuat hingga menyentuh harga hampir Rp2 juta per gram, atau $ 1.970/toz. Artinya emas merupakan investasi safe haven yang tahan terhadap kondisi apapun,” imbuhnya.

Dalam acara kolaborasi PT Bestprofit Futures Malang, PT Bursa Berjangka Jakarta, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan Universitas Brawijaya ini. Menghadirkan beberapa narasumber, di antaranya: Direktur Utama JFX, Stephanus Paulus Lumintang; Direktur Utama PT KBI (Persero), Fajar Wibhiyadi; Ekonom UB, Dr.Rer.Pol. Wildan Syafitri, SE, ME; dan WPB Milenial, Widya Ayu Eka Putri Saputro.

Direktur Utama JFX, Stephanus Paulus Lumintang menjelaskan, telah terjadi perubahan radikal dalam kehidupan dan perputaran ekonomi sejak pandemi, sehingga dibutuhkan fleksibilitas dalam segala hal. Di tahun 2022, Pemerintah Republik Indonesia optimis dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,8%-5,9%, karena terjadi super cylce commodity.

“Dimana sejak akhir 2021, sejumlah harga komoditi mengalami lonjakan harga, seperti CPO, Kopi, Kakao dan komoditi lainnya. Hal ini berimbas positif terhadap return pada kontrak komoditi di pasar bursa berjangka,” jelas Paulus.

Senada, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), Fajar Wibhiyadi mengatakan, saat ini masyarakat disuguhi berbagai peluang investasi menjanjikan dengan transaksi semakin mudah dan cepat. Namun demikian, masyarakat juga harus menjadi investor yang cerdas dengan memilih perusahaan investasi yang legal dan terdaftar di badan pengawas pemerintah.

“Khusus di pialang berjangka, maka harus diperhatikan dulu apakah pialang tersebut terdaftar atau tidak di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Ciri perusahaan valid, nama belakangnya ada Futures, Berjangka,” jelas Fajar.

Selanjutnya, pelajari risiko. Setiap investasi memiliki peluang dan risikonya sendiri, ada untung dan rugi. Semakin tinggi tingkat return yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula risikonya.

“Jangan pernah tergiur janji manis dengan tawaran fixed income dan menguntungkan, sebab namanya bisnis itu ada untung dan rugi. Tipsnya, uang investasi yang digunakan bukanlah uang dingin, tapi uang sampah yang dikelola agar menjadi lebih bermanfaat. Ibarat sampah bisa jadi pupuk,” tegasnya.

Sementara itu, Ekonom Universitas Brawijaya, Wildan Syafitri mengatakan, faktor kenaikkan harga komoditas saat ini disebabkan oleh suply chain yang mengalami penurunan. Dengan tren peningkatan harga tersebut, mendorong terjadinya volatilitas yang membuat nilai perdagangan kontrak berjangka komoditi semakin menarik di bursa berjangka.

“Hasil dari pasar India menunjukkan, variabel makroekonomi nasional, dan internasional memiliki kesan positif pada volatilitas pasar komoditi,” jelas Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Malang ini.

Adapun faktor yang mempengaruhi Bursa Berjangka, antara lain Consumer Confidence Index, Consumer Price Index, Stock Market Index, Suku bunga, money supply dan gross domestic product. (rhd)


Baca juga:

Pos terkait