UNEJ-Pemdes Panti Gelar FGD Pencegahan Stunting di Kabupaten Jember

Foto bersama pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di Desa Panti. (ist) - UNEJ-Pemdes Panti Gelar FGD Pencegahan Stunting di Kabupaten Jember
Foto bersama pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di Desa Panti. (ist)

Jember, SERU.co.id – Universitas Jember (Unej) bersama Pemerintahan Desa (Pemdes) Panti menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD). Bertajuk “Pencegahan stunting pengaruh pola pikir (mindset) para ibu muda di Kabupaten Jember,” di Pendopo Pemerintahan Desa (Pemdes) Panti, Kamis (16/12/2021).

Acara FGD ini dihadiri Plt Kepala DP3AKB Kabupaten Jember Drs Supri Handoko MM, PIB Unej Asrumi Agustina Dewi Setiyani, PIK Unej Hanny Rasni, Kepala Desa Panti Suroso, Penggerak PKK Desa Panti serta puluhan kader posyandu.

Bacaan Lainnya

“Keluarga berencana ini tugas yang sangat berat, karena melibatkan partisipasi dan peran seluruh masyarakat. Bagaimana masyarakat itu paham tentang pendewasaan usia perkawinan. Ini sangat penting, karena di Jember angka perkawinan anaknya cukup tinggi, makanya angka stuntingnya tinggi dan AKI AKBnya juga tinggi,” seru Supri Handoko.

Supri mengatakan, pihaknya akan memberikan edukasi kepada remaja melalui program-program yang sudah disiapkan oleh Dinas DP3AKB.

“Makanya dengan pendewasaan perkawinan, harapan kita setiap remaja nanti mendapatkan edukasi kesiapan kehidupan berkeluarga. Karena dalam berkeluarga tidak hanya asal, tapi berkompetensi untuk berumah tangga sehingga tidak mudah cerai dan anaknya tidak stunting,” bebernya.

Sementara itu, PIB Unej Asrumi menuturkan, perlu adanya terobosan baru untuk kajian stunting. Dan perlunya penyelesaian akar masalah stunting, seperti merubah pola pikir masyarakat.

“Maka dari itu pencegahan stunting itu diawali dari pola pikir yang perlu diubah. Yang selama ini di masyarakat seperti kebiasaan makan. Seadanya itu harus diubah dengan memakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak dan ibu hamil,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan, tentang perlunya istilah-istilah yang dimengerti masyarakat awam. Seperti masyarakat harus mengkonsumsi lauk pauk yang diperlukan tubuh dengan menyosialisasikan kata amis-amis yang lebih dimengerti masyarakat.

“Selama ini sosialisasi kata gizi bagi masyarakat itu tidak begitu dimengerti. Gizi diartikan seperti makan bayam, kelor, tempe dan tahu itu semua tidak memenuhi gizi mereka. Nah diksi kata gizi itu kita ganti kata amis-amis,” jelasnya.

PIB Unej ini berharap, adanya diskusi kelompok ini permasalahan stunting di Kabupaten Jember, bisa teratasi dari akar permasalahannya.

“Harapan saya bisa menjadi pasukan baru bagi DP3AKB. Stunting ini tidak hanya disoroti dari segi kesehatannya saja, tapi yang mendasar itu diubah dulu. Dan nanti kita sosialisasi agar masyarakat lebih paham,” harapannya.

Kepala Desa Panti Suroso menyampaikan, adanya sosialisasi yang tepat serta kolaborasi dari perangkat desa dan masyarakat. Angka stunting di Desa Panti sekarang menurun, dari angka 898 pada tahun lalu, sekarang sudah tinggal 36 orang saja.

“Awalnya 898 sekarang tinggal 36 orang, penurunan itu bukan karena kerja kepala desa. Tetapi melalui kolaborasi yang kita lakukan bersama-sama, seperti ibu bidan dari dinas terkait,” katanya.

Suroso berharap, adanya diskusi ini Desa Panti bisa segera menyelesaikan masalah stunting. Hingga tidak ada lagi yang berstatus stunting di desanya.

“Hari ini dilakukan diskusi, mudah-mudahan Desa Panti ini sesuai dengan harapan kita bersama. Ya syukur-syukur di Desa Panti ini tidak ada stunting lagi,” pungkasnya. (yas/rhd)


Baca juga:

Pos terkait