Malang, SERU.co.id – Meski di saat pandemi, Universitas Brawijaya (UB) sukses mengembangkan sistem pertanian presisi. Berdasarkan Drip Irrigation System berbasis Internet of Thing (IoT) untuk budidaya tanaman melon berkualitas premium.
Sistem irigasi tetes tersebut merupakan hasil inovasi dari Direktur UB Tech, Eka Maulana, ST, MT, MEng bersama tim Agro Techno Park (ATP) UB. Dan diterapkan di kebun melon ATP Jatikerto, Kabupaten Malang.
“Ketika tanah kering, maka sistem drip ini aktif merespon jumlah kadar air di bawah standar dalam media. Data dan informasi tersebut dikirim sensor melalui koneksi IoT, sehingga otomatis mengeluarkan jumlah air yang dibutuhkan,” beber Direktur UB Tech, Eka Maulana, ST, MT, MEng.
Menurut Eka, secara prinsip air yang diteteskan secara presisi telah ditambahkan nutrisi saja. Pasalnya, teknologi drip irrigation merupakan salah satu bentuk pertanian presisi yang dikendalikan melaui IoT berdasarkan kadar air dari media tanam.
“Dalam prosesnya, sistem drip irrigation tersebut bekerja sesuai dengan kebutuhan nutrisi masing-masing tanaman yang akan diairi. Pengendalian sistem ini termonitor dari segi waktu dan variabel data yang sudah terekam dengan baik,” beber Eka.
Eka menjelaskan, alat yang sudah dipatenkan pada akhir 2020 ini tak hanya bisa digunakan untuk irigasi. Tapi bisa digunakan untuk deteksi lain, termasuk kebutuhan nutrisi, pencahayaan, suhu, serta kelembaban greenhouse kebun melon tersebut.
Sementara itu, Manager Pertanian dan Pengembangan ATP, Suyadi, SP, MP mengatakan, proses pemberian nutrisi melalui air ke media tanaman secara berkala diberikan sesuai kebutuhan tanaman. Baik secara otomatis maupun manual dengan pengawasan berkala pula, meski hanya sesekali.
“Dalam sehari bisa 5 sampai 10 kali. Dengan teknologi itu kita tidak perlu secara manual memberikan nutrisinya. Bisa ditinggal untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, karena secara otomatis akan menyalakan mesin drip dan mengaliri nutrisi ke media tanam sesuai dengan kebutuhan tanaman,” jelas Suyadi.
Suyadi mengaku, dengan IoT mempermudah pekerjaan, karena secara otomatis mesin akan menyala ketika media tanam sudah membutuhkan nutrisi. Tidak lagi menggunakan insting perkiraan. Penerapan sistem drip tersebut memberikan hasil maksimal pada tanaman melon.
“Hasil buahnya bisa lebih bagus dan ideal, sebab ketersediaan nutrisinya stabil. Karena jika nutrisinya tidak stabil, maka perkembangan buah melon tidak optimal, buah bisa pecah atau tingkat kemanisan akan rendah,” bebernya.
Suyadi menambahkan, melon yang dibudidayakan berkualitas premium. Mulai dari rasa, net atau kulit berjaring yang tersusun rapi, dan berat yang ideal, dibandingkan melon konvensional.
“Pasarnya ekslusif, jadi rasanya pasti berbeda, bit sekitar 13-17. Di Jatikerto ada beberapa jenis melon, dari jenis rock, golden, dan honey. Dengan masa panen 60-75 hari, 70-80 hari, dan 80-90 hari,” beber Suyadi.
Media tanam yang digunakan sejenis sabut, substrat, Cocobit, dan tidak mengandung tanah atau kompos. Unsur hara sebagai nutrisi yang disetting, agar tidak kelebihan menjadi toxic.
“Kalau matang seperti ada madunya. Kemanisannya beda, tergantung lebih banyak fruktosa atau glukosa, sehingga InsyaAllah aman bagi penderita diabetes mellitus,” tandasnya. (rhd)
Baca juga:
- SPPG Tlogowaru Kota Malang Pekerjakan Masyarakat Lokal Sukseskan Program MBG, Sasar 4.800 Pelajar
- Rumah Dinas Sekda Situbondo dibobol Maling Saat Ditinggal Ibadah Haji
- Selama Libur Panjang Gunung Bromo Dibanjiri 11.735 Wisatawan Lokal dan Mancanegara
- Alfamart Gandeng Puskesmas Ardimulyo Layani Posyandu ILP dan Edukasi Balita hingga Lansia
- Tingkat Hunian Hotel Kota Malang Capai 47 Persen, Diyakini Melonjak Lewat Program 1.000 Event