Malang, SERU.co.id – Festival yang berada di Kampung Tematik Kota Malang ingin terus menunjukkan eksistensinya. Kali ini Kajoetangan Heritage mendapat giliran eksistensinya dengan menyuguhkan ‘Festival Keroncong’.
Ketua Pokdarwis Kampung Kayutangan Heritage, Mila Kurniawati mengungkapkan, penampilan musik keroncong memang menjadi salah satu dari lima daya tarik atau potensi yang ada di kampung tematik tersebut.
“Konsepnya jadul, sehingga setidaknya kita tidak melupakan ada keroncongnya. Termasuk ada kelompok keroncong usia sepuh,” seru Mila Kurniawati, di sela-sela acara, Jum’at (15/10/2021).
Festival Keroncong digelar di salah satu rumah di Jalan Basuki Rahmat Gang 2 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Nampak suasana jadul dan tempo doeloe dipadukan musik keroncong dan bangunan di sekeliling gelaran acara.
Pihaknya mengaku, persiapan hanya beberapa hari, karena jadwal sebenarnya ialah Kampung Lampion. Karena tidak siap, akhirnya dilempar ke kampung lain yang bersedia menyelenggarakan festival.
“Akhirnya kita rapat koordinasi, baik dengan forkom, kajoetangan yang ambil,” timpalnya.
Kendati persiapan hanya empat hari, namun bisa maksimal berjalan. Sebab, konsep kegiatan seharusnya ada podcast di studio dan on the spot, lantaran konsepnya Virtual Kampung Tematik menggunakan dua lokasi.
“Kurang lebih keroncongan ini saya minta tanpa podcast, pyur berada di Kayutangan saja. Ternyata disanggupi dengan IT-nya, dengan catatan ada WiFi dan segala macam,” bebernya.
Mila mengaku, bersyukur Festival Keroncong dapat terselenggara dengan lancar. Terlebih ada tambahan penyerahan Buku Keroncong dari Museum Musik Indonesia.
Buku berjudul ‘Sejarah Keroncong Indonesia’ langsung diberikan Ketua Museum Musik Indonesia, Hengki Herwanto, kepada pengurus Pokdarwis Kayutangan Heritage dan grup musik Keroncong Kayutangan Heritage.
“Harapannya, Kota Malang nantinya bisa menjadi sentral musik keroncong kedua setelah Kota Solo,” kata Hengki, sembari menyerahkan buku tersebut.
Mila menambahkan, potensi lainnya dari Kayutangan Heritage juga sangat banyak. Beberapa seperti struktur bangunan irigasi maupun sungai yang menakjubkan, bangunan peninggalan kolonial berusia diatas 50 tahun.
Selanjutnya, dua situs religi tokoh agama setempat, hingga ada satu-satunya pasar yang ada di tengah perkampungan. Termasuk musik keroncong yang ditampilkan kali ini.
“Tidak hanya musik saja sebenarnya yang rutin, tapi ada workshop kuliner, ada membatik, itu reguler setiap weekend,” pungkasnya. (jaz/rhd)
Baca juga:
- Seluruh Jemaah Haji Indonesia Tiba di Makkah, Siap Jalani Wakuf di Arafah
- Satu WNI Meninggal di Gurun Makkah, Dua Lainnya Diselamatkan Usai Coba Masuk Secara Ilegal
- 541 Atlet KONI Kota Batu Lolos Mengikuti Porprov IX Jatim 2025
- KONI Batu Bakar Semangat Tanding Atlet Lewat Character Building
- Pemkot Malang Tak Kuasa Hadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terdesak Perumahan