BI Malang Dukung Pembiakan Sapi Potong di Kabupaten Malang

Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Azka Subhan Aminurridho. (ist) - BI Malang Dukung Pembiakan Sapi Potong di Kabupaten Malang
Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Azka Subhan Aminurridho. (ist)

Malang, SERU.co.id – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang mendukung peningkatan pembiakan sapi. Komoditas sapi merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi. Terdapat kesenjangan antara ketersediaan daging sapi dengan kebutuhan daging Nasional.

Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Azka Subhan Aminurridho menuturkan, progam tersebut sebagai upaya pendampingan kepada masyarakat. Banyak tujuan yang dilakukan mendorong peningkatan ternak sapi.

Bacaan Lainnya

“Program pendampingan klaster pembiakan sapi potong yang dilakukan KPw BI Malang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan, penguatan kelompok ternak sapi potong,” seru Azka Subhan Aminurridho.

Tidak hanya itu, perbaikan manajemen pembiakan sapi potong, mulai dari pemilihan indukan, pemeliharaan kandang dan sistem pemasaran. Kemudian penyediaan pakan ternak secara mandiri dengan pembuatan konsentrat dan complet feed berbasis pakan lokal.

Lebih lanjut, menurutnya pengolahan limbah menjadi usaha cacing untuk pakan ternak dan ikan, serta pengolahan pupuk organik untuk kebutuhan pertanian dan sayuran.

“Program Inseminasi Buatan pada tahap awal yang dilakukan KPw BI Malang pada tahun 2020 dilakukan pada 53 ekor sapi di kelompok ternak Wijikamulyan di Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang,” terang Azka, sapaan akrabnya.

Program pembibitan sapi potong ini dilakukan melalui adopsi teknologi peternakan. Yaitu persilangan ternak lokal dengan ternak yang bersumber dari bibit unggul melalui Inseminasi Buatan (IB)

Menurutnya, pelaksanaan IB menggunakan teknologi double dosis dengan model waktu dua dan delalan jam, untuk mengoptimalkan tingkat keberhasilan kebuntingan sapi. Pelatihan yang telah dilakukan, untuk meningkatkan kapasitas SDM kelompok ternak Wijikamulyan.

“Pelatihan kepada inseminator, pelatihan Inseminasi Buatan, pelatihan manajemen administrasi dan keuangan, serta pelatihan pembuatan pakan ternak,” paparnya.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, kebutuhan daging sapi dan kerbau secara nasional untuk tahun 2021 mencapai 696.956 ton. Sementara ketersediaan daging sapi atau kerbau lokal hanya 473.814 ton, sehingga dibutuhkan impor sebesar 47 persen.

Dalam rangka mempercepat pencapaian peningkatan produksi daging di dalam negeri guna memenuhi permintaan konsumsi masyarakat Indonesia. Serta mengurangi ketergantungan impor terhadap daging dan ternak, Kementerian Pertanian meluncurkan program Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS SIWAB).

“Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada daging sapi pada tahun 2026,” ujarnya.

Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah penghasil sapi potong terbesar di Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Timur tahun 2019 populasi sapi potong di Kabupaten Malang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dan tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Wajak, Sumberpucung, Kalipare, Gedangan dan Singosari.

Pihaknya dalam mendukung pencapaian swasembada daging sapi, pada tahun 2020 KPw BI Malang melakukan inisiasi pengembangan Klaster Pembiakan Sapi Potong di Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang.

“Inisiasi awal klaster dimulai dengan program Inseminasi Buatan (IB) bekerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang,” paparnya.

Menurut informasi, Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, berpotensi untuk pengembangan klaster sapi potong. Karena banyaknya populasi sapi potong yang tersebar di beberapa dusun, yaitu Ngrancah (329 ekor), dusun Kecopokan (276 ekor), dusun Krajan (75 ekor), dengan sebaran terbanyak adalah sapi betina/indukan.

Populasi sapi potong, 90% usaha dilakukan oleh peternakan rakyat yang skala usahanya kecil dan belum berorientasi pada produksi bisnis. Serta pemberian pakan sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya alam yang ada, sehingga kualitas dan kuantitas pakannya masih rendah. (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait