Malang, SERU.co.id – Biennale Jatim adalah barometer aktivitas, kreativitas seniman, dan apresiasi publik seni terhadap seni. Utamanya seni rupa di Jawa Timur memasuki ke IX semenjak 2005 pertama diselenggarakan. Sebelum pameran September, sosialisasi dilaksanakan di Pasar Bareng lantai 2, Sabtu (1/5/2021).
Direktur Biennale Jatim 9, Dwiki Nugroho Mukti mengatakan, acara tersebut sebagai ajang tempat saling bertemu, membicarakan semangat kolektifitas. Bahwa dinamika yang dihadapi dari tahun ke tahun semakin beragam.
“Kita bisa mendiskusikan apapun dan itu untuk merespon situasi hari ini dimana memang lagi pandemi. Sebetulnya kaya kerja solidaritas, kerja kolektifitas, aktivitas masyarakat itu semakin ada, semakin real nyata. Karena memang mereka harus melakukan kerja-kerja bersama itu,” seru Dwiki Nugroho Mukti.
Biennale Jatim ke-9 (BJIX) mengambil tema ‘Padhang Rembugan: Menimbang Solidaritas, Merayakan Kolektivitas’. Menurut Dwiki, berbicara kolektif seni itu mereka melakukan kerja kolaborasi, kerja sosial, mereka membuat pos-pos makanan dan sebagainya.

Banyak kegiatan kesenian yang sebetulnya akhirnya diarahkan kemanusiaan, karena ada pandemi. Kemudian pihaknya merangkum hal tersebut membuat sesuatu hal yang menarik.
“Kita ada dua kegiatan, pertama ada panca rembugan. Panca rembug adalah kelas-kelas yang kita buka untuk semua orang bisa ikut. Ada panca rembug kuratorial, publikasi, managerial, biennael jatim dan residensi,” ujarnya.
Kedua, Biennale Jatim direncanakan bakal ada pameran fisik, tapi diadakan akhir tahun. Hal itu melihat situasi hari ini, belum terlalu memungkinkan di masa pandemi. Pihaknya akan terus melihat dinamika untuk digelar secara offline.
Beberapa penyelenggaraan Biennale Jatim sebelumnya hanya terpusat di Surabaya. Menurutnya konsep yang akan dilakukan desentralisasi. Mencoba mengurai dibeberapa tempat di Jawa Timur, tidak hanya di kota besar seperti Malang.
“Kita coba menyebarkan, karena yang kita tangkap adalah masing-masing kota mempunyai hal yang menarik. Bersinggungan dengan kita atau kita bisa mengerti potensi dan ekosistem mereka lebih keren,” ungkap pria asal Banyuwangi tersebut.
Dwiki menambahkan, target lokasi sebetulnya di tiap kota/kabupaten di Jawa Timur. Ingin ada satu atau dua kegiatan yang terselenggarakan. Tolak ukur dan bobot kegiatan tersebut bukan dari semarak dan mewah, melainkan lebih mengedepankan output yang berkualitas minimal memantik seniman lokal.
“Kita bisa memantik dari seniman lokal kegiatan apa nih yang bisa kita lakukan dan komunikasinya terus kita bangun,” beber Alumnus Universitas Negeri Surabaya tersebut.
Sementara ini, kegiatan panca rembug yang akan dibuka. Untuk kegiatan fisik akan dibuka akhir bulan September. Acara ini menggandeng teman-teman jaringan kolektif seniman sekaligus disupport oleh Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur.
“Tentu saja kami juga mendapat dukungan dari Disparta Jawa Timur. Kami mendapat dukungan dari teman-teman juga,” katanya, kepada SERU.co.id.
Masih menurut Dwiki, berharap banyak yang ikut belajar dan bergabung jika memang ingin tahu lebih tentang seni. Outputnya tidak harus menjadi seniman, karena banyak sektor yang harus diisi berangkat dari seni.
Di progam-progam kelas kita ada beberapa, kita punya kelas menarik, managerial, dan kuratorial. Kalau memang belajar untuk seni.
“Seni bukan hanya jadi seniman, tapi kerja-kerja belakangnya banyak yang harus dipelajari, agar ekosistemnya bisa terbangun,” pungkasnya. (ws1/rhd)
Baca juga:
- DPKH Kabupaten Malang Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Jelang Kurban
- Kenaikan Isa Almasih Serta Libur Panjang Polres Malang Amankan 67 Gereja dan Lokasi Tempat Keramaian
- Polisi Temukan Pelanggaran Plat Nomor dan Kelalaian Berkendara Kasus Christiano Tarigan
- 253.421 Peserta Lolos UTBK SNBT 2025, Berikut 10 Kampus dengan Pendaftar Terbanyak
- Nelayan Hilang di Laut Polagan Pamekasan Ditemukan Meninggal oleh Tim SAR Gabungan