Malang, SERU.co.id – Meski sekolah dilakukan dalam jaringan (daring), SMKN 7 Malang bersiap menuju Sekolah Adiwiyata. Banyak kriteria yang telah dipersiapkan, termasuk bekal budidaya jamur, ikan, madu lanceng dan lainnya.
Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko, meninjau langsung sekolah di Jalan Satsui Tubun IV Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang ini. Bung Edi, sapaannya, menilai kesiapannya sudah cukup baik, dari berbagai inovasi dan budidaya.
“Sudah baik, adik-adik kita bergerak budidaya jamur tiram putih, ternak nila, lele, dan lainnya. Saya kira yang keren dan mahal adalah madu klanceng, kelakuane sing kenceng,” seru Bung Edi, sambil tersenyum, Rabu (17/2/2021).
Bung Edi mengatakan, SMKN 7 Malang ini sedang mempersiapkan lomba adiwiyata. Mendukung hal itu, Bung Edi mengecek sekaligus menanam 50 pohon pule, atau yang ke-2.798 pohon yang ditanamnya.
“Saya cek, materi yang akan dilombakan termasuk mematangkan persiapan. Dalam rangka persiapan, saya juga ada penanaman pohon pule. Kalapun ada saran, masukan ini untuk persiapan,” terangnya.

Menanggapi masukan Bung Edi, Kepala Sekolah SMKN 7 Malang Dra Dwi Lestari MM mengungkapkan, hasil Pengolahan Air Limbah (PAL) langsung dibuang ke sungai, karena sudah bersih. Atas masukan dari Wakil Walikota, air tersebut bisa digunakan untuk kolam ikan dan penyiraman pohon.
“Ternyata ini dapat masukan dari Pak Wali, dipakai lagi untuk kolam ikan atau menyiram pohon. Itu akan kami lanjutkan,” seru Dwi Lestari.
Dalam persiapan tersebut, SMKN 7 memiliki taman sekolah sejak Maret 2020. Kemudian sumur resapan 100 lubang biopori, tanaman unggulan teh racikan di pres dan telah menang di Bappeda.
“Sebenarnya kita menang saat ada mint-nya itu. Produk mint unggulan pertama kita,” tutur guru Mata Pelajar Fisika ini.
Sementara itu, Ketua Adiwiyata SMKN 7 Malang Siti Hanik Zubaidah SPd MPd mengungkapkan, sekolah adiwiyata ini baru digalakkan setelah kepala sekolah baru. Ada 41 guru yang dibentuk sebagai tim adiwiyata untuk mendampingi siswa delegasi.
“Pengelolaan adiwiyata karena ini muncul saat masa pandemi. Kebetulan saya punya beberapa kelas yang ada siswa adiwiyata. Dalam tim adiwiyata itu, 41 guru piket membimbing siswa, tapi tetep izin orang tua ketika masuk,” terang Siti Hanik.
Terkait piket pengelola, melibatkan siswa kelas X, XI dan XII. Namun karena pandemi dan kelas XI prakerin, hanya beberapa siswa yang masuk. Sehingga ada 70 siswa piket dengan sistem piket 3-3 per hari,” bebernya. (ws1/rhd)