Redy Prasetyo Penggagas Dawai Cempluk Go Itali

Redy (tengah) berdialog dengan Pemkot Malang dan Perwakilan Kemenag RI. (jaz) - Redy Prasetyo Penggagas Dawai Cempluk Go Itali
Redy (tengah) berdialog dengan Pemkot Malang dan Perwakilan Kemenag RI. (jaz)

Malang, SERU.co.id – Tak berhenti pada sebuah orkestra, namun juga berbagi sebuah inspirasi dalam rangkaian Pasar Seni DKM, Selasa (29/12/2020).

Wakil Bupati terpilih, Drs H Didik Gatot Subroto, SH, MH menjelaskan, seni menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Malang menjadi baromaternya.

Bacaan Lainnya

“Saya sepakat, seni mempersatukan Indonesia. Terbesit punya sebuah taman budaya. Kagungane (kepunyaannya) Pemprov Jatim itu menjadi penting terwadahi di Malang Raya,” seru Didik, mantan Ketua DPRD Kabupaten Malang.

Wakil Bupati terpilih itu mengungkapkan, jika memang itu direalisasikan, tidak ada dikotomi antara Malang Kabupaten, Kota maupun Batu. Yang ada ya Arema.

Lain halnya Redy Eko Prasetyo, penggagas Dawai Cempluk perihal seni, sedikit menanggapi pernyataan kesenian dari perwakilan Kementerian Agama RI yang hadir.

“Budaya menjadi panglima. Bagaimana menempatkan budaya menjadi kebutuhan primer, bukan lagi sekunder. Kadang jika kita kolaborasi dengan pemerintah, mengkebiri grand desaign idea. Kebanyakan gimmick itu sudah,” ucap pria berambut gondrong tersebut.

Dengan kreatifitasnya, ia telah memenangkan tiket berangkat ke Itali 2021. Dalam ajang tersebut sebagai 1 Defree Laureate Nominasi Mixed Vocal And Instrument.

Redy menambahkan, sekarang ini bukan hanya seni menjadi hobi, namun juga sebagai profesi. Idealnya Malang menjadi barometer kesenian Indonesia, bahkan dunia.

“Banyak orang kota pergi ke desa, bukan hanya sebatas rekreasi. Namun juga bussines creative mengembangkan potensi local wisdom di tiap-tiap daerah,” tandas Redy. (jaz/rhd)

Pos terkait