LaDub Lawan Sepadan SaNdi

Pengamat Politik UB, Wawan Sobari. (memo x/ist) - LaDub Lawan Sepadan SaNdi
Pengamat Politik UB, Wawan Sobari. (memo x/ist)

Malang, SERU.co.id – Meski masuk musim penghujan, suhu politik di Kabupaten Malang terasa hangat bahkan cenderung panas menjelang waktu pencoblosan surat suara Rabu 9 Desember. Pasalnya pasangan calon (Paslon) nomor urut 1, Sanusi-Didik Gatot Subroto (SanDi) mendapatkan lawan sepadan. Yaitu paslon nomor 2, Lathifah Shohib-Didik Budi Muljono (LaDub).

Artinya meski menyandang status incumbent/petahana, paslon SanDi tak segampang membalikan telapak tangan untuk mempertahankan kekuasannya menjadi Bupati Malang hingga lima tahun ke depan.

Bacaan Lainnya

“Visi-misi yang ditawarkan LaDub dengan jargon Malang Bangkit sangat mengena pada masyarakat. LaDub banyak menawarkan revitaliasi/perubahan program pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang ada di Kabupaten Malang,” terang pengamat politik dari Universitas Brawijaya (UB) Malang Wawan Sobari, kemarin.

Sedangkan visi misi yang ditawarkan paslon nomor urut 3, Heri Cahyono-Gunadi Handoko atau Malang Jejeg dinilai Wawan bagus. Tapi kebanyakan menyinggung masalah pembangunan moral.

“Sedangkan visi-misi yang ditawarkan Paslon Nomor 1, tak terlalu banyak perubahaan dari program pembangunan sudah dijalankan saat ini. Cuma keuntungan Sanusi dan Didik, mereka menyandang status petahana. Mereka lebih dulu dikenal masyarakat Kabupaten Malang karena menjabat sebagai Bupati Malang dan Ketua DPRD Kabupaten Malang,” urai dia.

Wawan yakin, persaingan antara SanDi dan LaDub sangat kuat. Sekarang tinggal menguatkan basis massa mereka masing-masing. Supaya para loyalis untuk kedua paslon Bupati Malang itu tak menguap begitu saja atau pindah pilihan ke paslon lainnya.

Secara umum kata Wawawan, dirinya memang tak melakukan riset tentang tahapan Pilkada Kabupaten Malang. Tapi dia selalu mengikuti pelaksanaan debat publik tiga paslon Bupati Malang yang digelar oleh KPU Kabupaten Malang.

“Pada debat publik tahap III, Cawawali nomor urut 1, Didik terlihat lebih aktif untuk menutupi beberapa kekurangan yang disampaikan Sanusi. Tapi jangan lupa, LaDub dan Malang Jejeg juga aktif menyampaikan pendapatnya dan program kerjanya bisa diterima masyarakat,” tambahnya.

Kata Wawan, pihaknya juga mengikuti perkembangan tahapan Pilkada Kabupaten Malang lewat chat, media social. “Yang saya amati, dukungan masyarakat untuk LaDub di medsos sangat tinggi. Ini artinya sebuah isyarat untuk SanDi agar lebih menguatkan konsiladasi internal lagi. Kalau tak mau kehilangan jabatannya sebagai Bupati Malang,” urai dia.

Lebih lanjut diterangkan,  melihat fakta yang berkembang sekarang. Tinggal masyarakat mendapatkan informasi dari mana untuk memilih calon pemimpinnya. “Massa kampanye untuk tiga paslon Bupati Malang sudah berakhir. Dimasa tenang ini, harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim sukses dan paslon. Jangan membuat gerakan yang merugikan diri sendiri. Karena kalau kedapatan curang. Pasti teman-teman Bawaslu akan melayangkan teguran pada siapa saja yang melanggar peraturan,” ucapnya.

Disinggung mengenai peluang calon Bupati Jember Faida apakah bisa mempertahankan kekuasannya untuk lima tahun kedepan? Menurut Wawan, secara implisit dirinya tak mengikuti tahapan Pilkada Kabupaten Jember.

Namun, jauh hari sebelum pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati Jember ke KPU. Elektabilitas Faida sudah 56 %. Maka Faida memutuskan untuk mencalonkan diri lewat jalur perseorangan/independent.

“Modal utama yang dimiliki Faida bersama calon petahana lainnya adalah lebih dulu dikenal masyarakat. Karena yang bersangkutan pernah menjabat sebagai bupati atau wakil bupati di daerahnya masing-masing. Tinggal yang bersangkutan bisa memanfaatkan modal besar itu atau tidak,” tandas dia. (man)

disclaimer

Pos terkait